Gadangkan Program Ekonomi, Inilah Perjalanan Hidup H Cek Endra
5 min readJAMBIDAILY PROFIL-A Man Behind the gun, itulah mungkin salah satu indikator penting dalam pembangunan dan kemajuan Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah ini.
Menggadang-gadangkan program pemulihan perekonomian dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, itulah salah satu visi misi dari H Cek Endra maju dalam perhelatan Pilgub pada 9 Desember 2020 mendatang.
Hal ini terlihat dari Jargon Politik yang ditawarkannya bersama Hj Ratu Munawwaroh Jambi Cerah 2024, melalui beberapa program seperti mengoptimallkan potensi lahan tidur serta komoditi lokal, pemberdayaan kelembagaan ekonomi masyarakat, dan hilirisasi komoditi unggulan.
BACA JUGA :Tim Koalisi Hingga Relawan Serentak Ganti Foto Profil Haris-Sani di Medsos
Lalu yang jadi pertanyaan Siapa H Cek Endra dan perjalanan hidup seorang pria yang akrab disapa CE ?
Sejak kuliah, sudah menyeberang ke Pulau Jawa. Selesai mengenyam pendidikan di bangku kuliah tahun 1983, dia mulai bekerja sebagai staf di PT Tugu Pratama Indonesia. Setelah tiga tahun menjadi staf, CE diangkat menjadi kepala bagian keuangan dan kepala divisi keuangan di kantor yang sama.
“Tahun 1992 saya terbang ke London, Inggris bekerja sebagai Executive Trainer JH.Minet. Co. Ltd. Selanjutnya saya bekerja di Hongkong, Singapura, Thailand, dan kembali lagi ke PT Tugu Pratama Indonesia tahun 1993 menjabat Dirut,”
“Saya kembali ke Sarolangun pada tahun 2006. Pada tahun itu, saya diberi amanah menjadi Wakil Bupati Sarolangun mendampingi Hasan Basri Agus (HBA). Dan akhirnya dipercaya masyarakat menjadi Bupati Sarolangun dua Periode,” ungkap CE sebagaimana dikutip dari laman jambione.com (media partner jambidaily.com), Senin 28 September 2020.
IKUTI JUGA :Dodi Alex Nurdin: Media Siber Sangat Efektif Sosialisasi Program Pilkada
Secara silsilah ternyata CE adalah cucu salah satu tokoh pendiri Provinsi Jambi, Ahmad Basyariah, salah seorang anggota Pleno Badan Kongres Rakyat DJambi (BKRD) tahun 1955 yang berjuang untuk menjadikan Jambi wilayah otonom dan berpisah dengan Provinsi Sumatera Tengah.
CE lahir dari rahim Hj Hafni Rosna, pada tanggal 17 Maret 1958. Sementara Ayahnya (H Cek Mak), dikenal sebagai penyadap karet dan kemudian menjadi tauke atau saudagar karet. Karena pergaulannya yang luas dan humble (bersahaja), H Cek Mak cukup disegani.
Dengan kondisi itu membuat pria yang sejak kecilnya dipanggil Endra ini akrab dengan dunia perdagangan. Dari sanalah jiwa wirausahanya tumbuh dari kecil. Bahkan sampai kuliah Cek Endra sempat nyambi dagang pakaian dari Jakarta ke Sarolangun.
Padahal secara ekonomi keluarganya cukup mapan. Namun dia tidak ingin kekayaan orang tuanya membuat dia menjadi manja dan malas.
BACA JUGA :Ketua Tim Pemenangan Fachrori-Syafril, Meminta Media Menyajikan Berita yang Berimbang
“Saya SD di Mandiangin, SMP dan SMEA di Kota Jambi. Kemudian saya kuliah di Jakarta,” jelasnya.
Diceritakannya, kakeknya tercatat sebagai Dulu, tak mudah menjadi bagian dari BKRD. Dikenal sebagai organisasi bergengsi, dengan tugas dan kerja yang sangat berat, mereka yang masuk barisan ini mesti di seleksi secara berlapis. Selain punya kapasitas kepemimpinan dan lantang suaranya, mereka yang dipercaya masuk di badan kongres ini adalah sekelompok aktivis berpengaruh. Basyariah–begitu ia biasa disapa–, sukses menerobos barikade ketat BKRD lewat pintu Kongres Pemuda Jambi.
Basyariah, kala itu merupakan pentolan di Kongres Pemuda Jambi. Dia tokoh vokal, utamanya dalam perjuangan membentuk Provinsi Jambi. Lewat BKRD itulah, Ahmad getol bersuara. Ia hilir mudik dan memeras keringat demi satu cita-cita–melepas Jambi dari Provinsi Sumatera Tengah–. Sebuah perjuangan yang konon sempat dianggap angin lalu.
Basyariah misalnya, mesti bolak-balik melobi tokoh adat Kerinci–yang kala itu masih bergabung dengan Sumbar–. Lewat kepiawaiannya berdiplomasi, Basyariah cemerlang meyakinkan mereka untuk bergabung bersama bendera Provinsi Jambi.
BACA JUGA :Menteri Tito Beberkan Cara Tingkatkan Elektabilitas di Pilkada, Simak Lengkapnya
Kerja keras Basyariah akhirnya berbuah manis. Sebagai pentolan Lembaga Adat Sarko–ketika Sarolangun dan Bangko masih menyatu–, Basyariah dipercaya sebagai tokoh yang ikut meneken piagam berdirinya Provinsi Jambi. Atas jasanya itu, Gubernur Abdurrahman Sayoety bahkan sempat menyerahkan penghargaan untuk Basyariah, pada tahun 1999 silam.
‘’Kakek saya dulu mewakili Lembaga Adat Sarolangun-Bangko (Sarko) yang ikut tanda tangan piagam pendirian terbentuknya Provinsi Jambi. Tahun 1999, Gubernur Jambi pak Abdurahman Sayoeti memberikan piagam penghargaan kepada kakek saya.” terang CE.
Debut Basyariah di politik tak berakhir hanya sampai disitu. Seusai sukses membentuk Provinsi Jambi, Basyariah mulai intens meniti karir di pemerintahan. Tiga tahun menjelang pecah Gerakan 30 S PKI, karir Basyariah di pemerintahan kian cemerlang. Ia misalnya, ditunjuk negara sebagai camat Batang Asai, pada tahun 1962. Dialah, kala itu, tokoh yang menjadi Camat Pertama di Sarolangun.
Semasa bertugas, Basyariah kerap memboyong cucu kesayangannya–bernama Cek Endra–. Saban hari, Cek Endra melihat langsung bagaimana sang kakek berdiplomasi dan mengurusi rakyatnya. Mata dan telinganya merekam jelas gerak-gerik serta petuah-petuah yang dimadah sang kakek. “Saya belajar langsung dari kakek. Belajar tentang kebijaksanaan dan kepemimpinan,”katanya.
Cek Endra kecil, tumbuh dan berkembang di bawah asuhan tokoh besar–yang tak lain kakeknya sendiri–. Kelak, darah kepemimpinan sang kakek mengalir deras ke sanubari Cek Endra. Dialah, cucu sulung yang akhirnya sukses melanjutkan jalan perjuangan Basyariah.
Pria berinisial CE itu cemerlang menjadi Bupati Sarolangun, bahkan sampai dua periode. Kini, putra pertama pasangan H Cek Mak dan Hj Hafni Rosna–yang lahir 17 Maret 1958– itu, bersiap mengabdi untuk Provinsi Jambi. Berikhtiar menuju Jambi 1
Saat disinggung niatnya ingin menjadi Gubernur Jambi, CE menegaskan dirinya ingin membangun tanah kelahirannya (Jambi). Jelasnya, dia juga ingin mengabdi dan menjadi pelayan masyarakat di Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah. (*)
(Hery Rawas)