Kalau Bukan Kita yang Sadar Protokol Kesehatan di Area Publik, Siapa Lagi?
2 min readJAMBIDAILY KESEHATAN – Masih terlihat kurangnya kesadaran masyarakat dalam penerapan protokol kesehatan sudah seharusnya menjadi perhatian serius di tengah wabah pandemi covid-19. Sebab kalau bukan kita, siapa lagi?
Contohnya di kawasan wisata percandian Muaro Jambi, Kecamatan Marosebo, Kabupaten Muarojambi, provinsi Jambi.
Para pengunjung sesampainya di pintu gerbang masuk, langsung disapa oleh tim gugus yang bertugas yaitu penggunaan pelindung wajah (masker) yang benar, diarahkan untuk mencuci tangan serta diingatkan agar menjaga jarak saat berada di area percandian.
Salah satu fasilitas bagi pengunjung jika tak ingin berjalan kaki mengelilingi area, bisa menggunakan becak motor (Bentor). Tampak penyedia jasa tertib gunakan masker mereka mematuhi ketentuan pengelola.
Secara penghasilan penyedia jasa, seperti penyewaan sepeda hampir tidak berdaya seperti Ibu Nurhayatun sangat berdampak akibat pandemi Covid-19. Ia mengatakan bahwa pendapatannya menurun drastis di masa pandemi ini.
“Iyo jelaslah turun pendapatan kami ni, kalo hari biaso sebelum Covid-19 ni enak, pendapatan kami biso sampe 700 ribu rupiah seharinya. Gara-gara Covid-19 ni kami cuma dapat 150 sampe 200 ribu rupiah sehari,” jelas Nurhayatun dengan gaya bahasa Jambi yang kental.
Pengelola, pedagang hingga penyedia jasa tertib protokol kesehatan yaitu 3M; Mengunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Sayangnya diingatkan baik secara lisan dan terpampang juga pengumuman, masih saja terlihat kurangnya kesadaran pengunjung dalam penerapan 3M.
“Siapa pun pengunjung yang datang ke komplek Candi Muaro Jambi, selalu perhatikan peraturan pemerintah untuk menekan penyebaran virus Covid-19 yakni, selalu menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Kalau bukan kita yang sadar siapa lagi?,” Ungkap Wahyu Jati, salah satu pengunujung dari Kota Jambi (Minggu, 01/11/2020).
Candi Muaro Jambi merupakan Kompleks percandian terluas di Asia Tenggara dan terbesar di pulau Sumatera, terletak pada tanggul alam kuno Sungai Batanghari. Situs mempunyai luas 12 km persegi, panjang lebih dari 7 kilometer, terbentang dalam area sebesar 260 hektar.
(Hendry Noesae)