Sang Hyang Project dan Mendalo Dance Project Hadirkan Empat Karya di TBJ
3 min readJAMBIDAILY WONDERFUL – Empat karya, yakni Tale Joi, Namago Musik untuk Soprano dan Ensamble, Tigei Sko dan Nyanyian Tapa dihadirkan Sang Hyang Project dan Mendalo Dance Project di Gedung Arena Taman Budaya Jambi (TBJ), Selasa (30/11/2021) malam.
Mengangkat tradisi kabupaten Kerinci, Sang Hyang Project dan Mendalo Dance Project berhasil tampil apik dan memukau penonton. Pengkarya memberikan begitu sarat pesan untuk menjaga tradisi sebagai kekayaan bangsa Indonesia, dan peduli akan lingkungan.
Berikut Karya yang dihadirkan Sang Hyang Project dan Mendalo Dance Project
TALE JOI
Karya ini terinspirasi dari ketertarikan komposer pada unsur musikal yg ada di tradisi tale naik haji yang ada di kota sungai penuh kerinci jambi. Dari unsur musikal tersebut, di olah menjadi komposisi musik. Yang mana pada setiap bagian merepresentasikan prosesi di tradisi tale naik haji. Komposer mencoba mewujudkan narasi pembukaan, isi dan narasi rasa ikhlas melepas kepergian calon jamaah haji, yang mana pada setiap narasi di transformasikan kedalam komposisi musik dengan format orchestra.
Menghadirkan Komposer muda: Fakhrul Ari Nugraha, Lelaki kelahiran Kota Sungaipenuh, tahun 1996
NAMAGO, MUSIK UNTUK SOPRANO DAN ENSAMBLE
Karya ini merupakan komposisi musik yang berangkat dari kegiatan ngaji adat yang dilakukan oleh masyarakat di salah satu daerah di Kabupaten Kerinci. Karya ini berjudul “Namago, Musik untuk Soprano dan Ensambel”. Namago merupakan bahasa daerah Kerinci yang berarti suatu lembaga.
Namago diambil dalam bab pertama dalam buku dasar-dasar hukum adat Tigo Luhah Tanah Sekudung Siulak yang menjelaskan tentang kelembagaan tokoh adat berserta tingkatannya. Berdasarkan kelembagaan, terdiri dari 4 (empat) tingkatan yaitu, lembaga dapur, lembaga kurung, lembaga nagari dan lembaga alam. Dari setiap tingkatannya, naskah namago menguraikan ataupun menginformasikan tentang kelembagaan dari tokoh adat dalam peranannya di masyarakat.
Namago, Musik untuk Soprano dan Ensamble merupakan komposisi musik yang menyajikan teks Namago dari dasar dasar hukum adat tigo luhah tanah sekudung siulak, yang dinyanyikan oleh penyanyi soprano dan di iringi oleh sebuah ensamble musik.
Menghadirkan Komposer muda: Anggi okprida, Kelahiran Kotorenah kabupaten Kerinci, tahun 1996
TIGEI SKO
Karya ini bersumber dari prosesi Kenduri Sko yang ada di Kota Sungai Penuh, Dalam penciptaan ini, penggarap mencoba mengolah unsur musikal yang ada di tiga prosesi pada acara adat kenduhai sko yaitu prosesi Ngejon Arah, Karamentang (mendirikan bendera adat), dan Malimo sko (pembersihan benda pusaka).
Dilihat secara musikal, di dalam prosesi2 tsb terdapat unsur-unsur musik yaitu melodi, ritme, interval dan instrumentasi yang akan pengkarya jadikan sebagai dasar penciptaan musik.
Menghadirkan Komposer muda: Bima Frizqy YarizaLahir, Kelahiran kota Sungaipenuh, tahun 1996
Pemusik:
Irda riani
Ahmad Junaidi
Fakhrul ari nugraha
Eko saputra
M rafy
Diki alamsyah
Risky raynol
Ardi muharram
Anggi okprida
Dirhamul ardi
Rido
Danil nugroho
Syahdir
Vera
Fino Andreka
Dirhamul Ardi
Zam Zami Akbar
Bima frizqy yariza
Conduktor: Gen Dekti
NYANYIAN TAPA
Koreografer Kurniasi Ilham
Penata Artistik Masvil Tomi
Terinspirasi dari sastra lisan tapa Malenggang, yang bercerita tentang sosok dewa dalam menjaga sungai Batanghari. Eksploitasi yang terus terjadi mengancam ekosistem yang berada di Batanghari dan sekitarnya. Karya ini akan merepresentasikan sosok tapa hari ini yang hidup ditengah eksploitasi sungai Batanghari. (*/HN)