19 April 2024

Jambi Daily

Media Online Publik Aksara Propinsi Jambi

Teater Ananda Sekato Pergelaran Pengantin Sunat di Taman Budaya Jambi

3 min read

Salah satu Adegan/Foto: HendryNursal-Jambidaily.com

JAMBIDAILY SENI, Budaya – Teater Ananda Sekato pergelarkan karya pengolahan berjudul “pengantin sunat” karya Yuyun DNS, Sutradara Ahmad Bustomi Ismail di Gedung Teater Arena Taman Budaya Jambi (Minggu, 25/09/2022).

Pentas ini diselenggarakan Pemerintah provinsi Jambi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata provinsi Jambi UPTD Taman Budaya Jambi, didukung penuh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melalui Dirjen Kebudayaan dalam bingkai Dana Alokasi Khusus (DAK).

Konsep upacara dalam pameran ini menurut Kepala Taman Budaya Jambi, Eri Argawan Sesuai kesepakatan seniman, bahwa tahun 2022 semua karya eksperimentasi, pengolahan dan Apresiasi di Taman Budaya Jambi wajib bertema Upacara.

“Inilah program pengembangan seni tradisional, kegiatan pembinaan kesenian yang masyarakatnya pelaku lintas daerah kabupaten/kota pada sub kegiatan peningkatan kapasitas tata kelola lembaga kesenian tradisional dan sub kegiatan peningkatan pendidikan dan pelatihan SDM kesenian tradisional,” Tandas Eri Argawan.

Menariknya semua pemeran dalam pergelaran pengantin sunat, semuanya adalah anak-anak usia sekolah dasar. Dan tentunya cerita yang dihadirkan mudah dipahami segala usia, sutradara berhasil menghadirkan tontonan ringan namun padat makna.

Di dalam cerita, Mail dan Kulub adalah dua bersaudara yang berusia 9 tahun. Menurut tradisi yang dianut oleh masyarakat desa setempat Kedua anak laki laki tersebut harus melakukan upacara khitanan Karena keduanya berasal dari sudut pandang keluarga yang sama-sama kaya, maka mereka akan merencanakan upacara khitanan untuk anaknya dengan meriah Seperti salah satu warga yang kebetulan saat itu sedang melakukan khitanan pada anak laki-lakinya.

Acara tersebut cukup meriah dan menghibur warga, termasuk Mail dan Kulub yang seharian mengikuti persiapan upacara khitanan. Beberapa warga menyiapkan Arak arakan Garuda, bendera bendara yang berwarna warni yang menarik perhatian, beberapa pemuda sedang latihan kompangan.

Hingga disaat Mail dan Kulub sedang asyik berebut bendera, tiba tiba Mail tersandung oleh sebuah batu dan terjatuh, malang tak dapat ditolak, saat Mail terjatuh, ia dengan spontan menarik lengan baju Kulub. Tanpa disengaja Kulub ikut terjatuh, namun naas. sebuah bendera berwarna dengan lidi yang cukup runcing, seketika merasuk kedalam mata kanan Kulub.

Tak ayal Kulub langsung menjerit histeris dan jatuh pingsan di tempat. Warga yang menyaksikan langsung peristiwa berdarah itu sontak saja langsung mengerumuni untuk menyelamatkan keduanya. Terutama Kulub yang terluka parah di bagian mata sebelah kanan. Dipastikan Kulub mengaami kebutaan pada mata sebelah kanan.

Kejadian tersebut menjadi awal mula keretakan kedua keluarga yang berselilih faham. Namun di tengah pusaran konflik ini terdapat seorang pemuda bernama Lantodak yang mencoba untuk memperkeruh suasana dengan mengadu domba. Hingga suatu waktu Landtodak menemui Keluarga Mail dan mengatakan bahwa keluarga Kulub sangat membenci anaknya dan akan menyeret Mail ke kepolisian. Mendengar hal itu, keluarga Mail yang melihat hal ini hanya peristiwa kecelakaan tanpa disengaja, dan ingin memberikan bantuan, malah mengurungkan niatnya dan berniat melaporkan balik keluarga kulub atas pencemaran nama baik.

Di lain waktu, Lantodak mendatangi keluarga Kulub dan mengatakan bahwa keluarga Mail tidak mau berdamai dan meminta maaf, karena itu hanyalah sebuah kecelakaan yang tidak berakibat fatal. Hal ini sontak saja membuat keluarga Kulub semakin terpancing oleh keadaan untuk mendatangi dan menyerang serta membalaskan hal yang sama kepada Mail. Aksi tidak terpuji yang dilakukan oleh Lantodak membuat dua keluarga yang tadinya rukun menjadi terpecah belah dan menjadi peperangan hebat.

Hingga datanglah seorang penengah yang dapat menyatukan pertikaian antara dua keluarga tersebut. Tokoh tersebut meminta pada keluarga yang tidak sengaja melukai untuk membayar piaku (Sirih Pinang, sejumlah uang, pisau, dan sehelai kain putih) sebagai tanda putih hati untuk berdamai dan mengakui kesalahan. Sementara pemuda yang suka mengadu domba tadi diusir dari kampung sesuai deng ketentuan adat yang berlaku.

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

7 + 1 =