FKIP Universitas Batanghari Sukses Gelar Seminar Nasional, Hadirkan Pembicara Berpengalaman dan Padat Materi
5 min readJAMBIDAILY PENDIDIKAN – Dalam rangkaian menyemarakkan Bulan Bahasa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (F-KIP) Universitas Batanghari (Unbari) khususnya program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PS PBSI) menggelar berbagai kegiatan, puncaknya Seminar Nasional (Sabtu, 29/10/2022).
Setelah dibuka dengan Tarian persembahan dari Sanggar Seni Hima PS PBSI, seminar bertema “Pelestarian Bahasa Daerah Menjaga Warisan Budaya” tersebut, Ketua Pelaksana melaporkan Seminar dihadiri 120 peserta, tidak hanya dari Universitas Batanghari bahkan dari luar provinsi Jambi, turut serta mengikuti seminar yang berlangsung di Aula Abdurrahman Sayoeti, Unbari.
“Ada 120 peserta yang turut menghadiri seminar hari ini, ada 23 peserta melalui daring. Peserta tidak hanya mahasiswa Strata Satu, namun juga ada Guru, Dosen, serta mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta dan Semarang,” Ujar Dr. Ade Rahima, M.Hum saat menyampaikan kata sambutannya, selaku Ketua Pelaksana.
Dalam penuturan Dr. Ade Rahima, M.Hum selaku ketua pelaksana Seminar, bahwa tidak hanya mahasiswa/i aktif namun juga para alumni PS PBSI Unbari dari berbagai Angkatan tampak mengikuti seminar.
“ini adalah seminar nasional pertama yang kami laksanakan, tentunya akan ada lagi di tahun-tahun berikutnya. Saya mengucapkan terima kasih untuk Kepala badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, PJ Rektor sebagai penggagas serta jajarannya, pihak Dekanat, Panitia pelaksana, sponsor, pemateri dan seluruh peserta,” Terang Dr. Ade Rahima, M.Hum
Selain itu, Hj. Fathiyah, SE, M.Si Wakil Rektor III Universitas Batanghari mengapresiasi terselenggaranya Seminar Nasional. Tema yang diusung menjadi wujud nyata upaya pelestarian bahasa daerah yang sudah mulai berkurang pemakainya.
“Ini merupakan Seminar nasional 1 FKIP Universitas Batanghari, sebagai wujud nyata melestarikan bahasa daerah yang saat ini jarang dipakai. Saya menyampaikan ucapan terima kasih bagi seluruh peserta, pemateri, panitia dan tamu undangan,” Ucap Hj. Fathiyah, sekaligus membuka secara resmi Seminar Nasional Ke-1 FKIP Unbari Tahun 2022.
Pada seremonial pembukaan, selain Hj. Fathiyah, SE, M.Si Wakil Rektor III Universitas Batanghari tampak juga hadir Wakil Dekan III FKIP Unbari, Silvia Fitriani; Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Dra. Erlina Zahar, M.Pd; Jajaran Rektorat, Jajaran dosen FKIP Unbari dan tamu undangan.
Seminar Nasional Ke-1 FKIP Unbari Tahun 2022, diisi oleh narasumber dari Riau, Sumatera Barat dan Jambi. Yaitu Dosen FKIP Universitas Islam Riau, Dr H Sudirman Shomary M.A; Dosen FIB Universitas Andalas, Pramono S.S M.Si Ph.D; Dosen FKIP Universitas Batanghari, Deki Syaputra ZE M.Hum.
Tiga narasumber memiliki keahlian sesuai bidang keilmuannya yang mumpuni, sehingga memberikan padat materi bagi peserta seminar. Dosen FKIP Universitas Batanghari, Deki Syaputra ZE M.Hum, membeberkan terkait Aksara Incung.
Deki membeberkan berbagai jenis Incung, seperti Surat Incung salah satu aksara yang digunakan dalam penulisan naskah atau manuskrip di Kerinci dengan menggunakan berbagai media salah satu di antaranya adalah bambu. Penggunaan bambu dalam tradisi pernaskahan atau tulis menulis di Kerinci, hanya untuk naskah yang menggunakan aksara incung.
Naskah-naskah yang berbahan bambu dan mengunakan incung tersebut diantaranya kebanyakan berisi tentang hasil karya sastra berupa ratap tangis (karang mindu) yang menggunakan bahasa Melayu Kerinci kuno “Tidak banyak yang bisa membaca Aksara Incung saat ini, hanya tinggal 5 Orang, yang bisa membaca langsung dari media utamannya, seperti di Bambu, Tanduk dan lainnya tinggal 2 Orang,” Jelas Deki Syaputra ZE M.Hum.
Lalu Dosen FKIP Universitas Islam Riau, Dr H Sudirman Shomary M.A memperkenalkan Nyanyi panjang orang Petalangan Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. “Nyanyian panjang mempunyai beberapa ciri-ciri yang mempunyai persamaan dan perbedaan dengan genre cerita lipur lara melayu lainnya,” Tutur Sudirman Shomary, sembari memperlihatkan video .
Sastra lisan atau bertutur tersebut bermakna pertunjukan yang dilakukan dengan waktu yang lama. Cerita yang disampaikan merupakan warisan dari leluhur yang diperoleh secara lisan.
“Bahasa yang digunakan merupakan gabungan antara prosa, puisi dan pantun dengan tiap kalimat terdiri dari tiga sampai enam kata. Nyanyi Panjang juga menceritakan tentang penamaan, kepemilikan, pemanfaatan dan pemeliharaan hutan tanah ulayat oleh adat,” Tambahnya.
Sementara itu, Pramono S.S M.Si Ph.D mengajak bagaimana pembelajaran muatan lokal dapat diajarkan dengan cara kekinian, dengan selera sesuai zaman dan dapat memanfaatkan kecanggihan teknologi, sehingga tidak tergerus oleh waktu.
“Ada 1 Bahasa Daerah/lokal di dunia yang hilang setiap 14 hari. Kita perlu berpikir bagaimana terus melestarikannya, namun tidak dengan cara yang kuno. Harus lebih mengikuti perkembangan zaman, dan menyesuaikan selera kekinian. Anak-anak sekarang kita beberkan materi dengan cara lama, mereka ngantuk dan tidur. Coba kita sajikan audio visual mereka lebih berminat,” Ungkap Pramono S.S M.Si Ph.D.
Tidak hanya cara pengajaran, dia mencontohkan mata pelajaran Muatan Lokal yang tidak bisa diseragamkan “Tidak bisa diseragamkan, setiap daerah itu berbeda. Saya yakin antara Kabupaten Muarobungo dengan Kabupaten Tanjungjabung Barat itu berbeda, maka kalau diseragamkan maka tidak tepat,” Tambahnya.
Dari referensi yang didapat jambidaily.com, Pramono, S.S., M.Si., Ph.D adalah seorang filolog Indonesia yang saat ini beraktivitas sebagai dosen di Universitas Andalas (Unand), Padang. Ia dicatat atas dedikasinya menyelamatkan manuskrip Minangkabau dari kepunahan lewat upaya inventarisasi, konservasi, dan digitalisasi. Karya-karyanya meliputi kajian tentang naskah Minangkabau.
Di Unand, ia memprakarsai berdirinya Minangkabau Corner yang menyimpan koleksi ratusan naskah kuno Minangkabau dalam bentuk digital. Sejak 2015, ia dipercaya sebagai Ketua Jurusan Sastra Minangkabau. Pada 2016, ia mendapatkan predikat dari universitas sebagai “Dosen Berprestasi”.
Dari hasil penelusurannya terhadap sejumlah naskah, ia menciptakan batik motif iluminasi dan mendapatkan hak paten atas hasil penemuannya. (*/HN)