17 November 2024

Jambi Daily

Media Online Publik Aksara Propinsi Jambi

Belajar Ngopi (2): Ota Lapau & Hajat Hidup Rakyat

3 min read

Anil Hakim

Oleh: Anil Hakim

Setelah hampir sebulan lamanya merenovasi sebagian rumah yang mulai termakan usia, akhirnya pagi ini aku mencoba membersihkan sisa pekerjaan tukang bangunan dan menata kembali letak perabot rumah yang sudah tak karuan.

Sekiranya pukul 09.44 WIB muncul notifikasi melalui WA pribadiku yang berisi pesan singkat tiga baris “Nil dimano, kito sarapan di Sate Eddy,” begitu kira-kira bunyi pesan tersebut yang kulihat melalui notifikasi layar kunci.

Tanpa basa-basi aku balas dengan langsung mengaminkan ajakan tersebut “Ok merapat Jenderal,” ucapku yang masih sibuk dengan pekerjaan rumah yang tengah aku kerjakan.

Ya, ajakan tersebut merupakan pesan singkat yang dikirimkan oleh orang tua, mentor sekaligus tokoh yang cukup aku segani dalam dunia pers dan kewartawanan, Mursyid Sonsang.

Dengan segera aku membereskan pekerjaan rumah yang tengah aku lakukan, seraya bertanya dalam hati “ada informasi apa ini ?,” ujarku dengan sedikit rasa penasaran.

Setibanya di lokasi, pemandangan yang cukup membuatku merasa tergelitik terlihat. Dengan penuh penghayatan, pria yang kerap kami panggil dengan sebutan Jenderal tersebut tengah asik bernyanyi.

Sambil merogoh kocek dikantong pribadinya, Mursyid berujar kepada sang pengamen “ang ulang sekali lai,” ucapnya merequest lagu yang dipopulerkan oleh Ratu Sikumbang ‘Takicuah di Nan Tarang’ itu, yang mungkin sedikit mengingatkan dengan kampung halamannya.

Setelah hampir sepuluh menit lamanya aku mendengarkan suara yang terdengar agak sedikit berat tersebut dari Jenderal, dirinya pun memberikan sedikit klarifikasi pada orang duduk satu meja dengannya, dengan mengatakan “Enak lagu ini, sayo ndak ado masalah, masa lalu sayo bahagia-bahagia be, begitupun sekarang, begitu pula kedepannyo mudah-mudahan,” klaim Mursyid.

Usai ‘baibo-ibo’ mendengarkan lagu Minang tersebut, insting jurnalis sang Wartawan Senior pun seketika kembali muncul. Mursyid Sonsang pun langsung membahas tentang kondisi dan isu-isu terkini di Jambi, yang menjadi sorotannya. Mulai dari manajemen di salah satu rumah sakit yang menurutnya carut marut, hingga persoalan Pilkada serentak yang sudah didepan mata.

Ketua Alumni Lemhanas Provinsi Jambi tersebut mengungkapkan kerisauannya, mengenai honor Tenaga Kesehatan (Nakes) yang tidak kunjung dibayarkan serta sempat disorotnya beberapa waktu lalu.

Ia pun menegaskan, bahwa dirinya menyoroti hal tersebut tidak lain tidak bukan, adalah semata-mata karena merasa miris mendengar nasib para Nakes, yang sekian bulan upahnya tak kunjung dibayar. Sekaligus menegaskan tujuan akhir dari apa yang dilakukannya agar honor tersebut segera dibayarkan.

Selain membahas mengenai nasib para Nakes tersebut, mantan Ketua PWI Provinsi Jambi itu mengajakku berdiskusi tentang perkembangan Pilkada serentak di Jambi yang hanya tinggal menunggu hitungan bulan saja akan diselenggarakan.

Dalam perbincangan hangat itu Mursyid Sonsang menyampaikan, bagaimana pentingnya mendorong para Calon Kepala Daerah yang mempunyai potensi untuk menang dan juga memiliki kemampuan dalam memimpin daerah kedepan.

Disela-sela perbincangan, penerima Press Card Number One dari PWI pusat itu juga menyentil mengenai Calon Kepala Daerah yang memiliki catatan hitam dan berkemungkinan akan ‘tersandera’.

Hal ini tentunya menjadi perhatian serius bagi masyarakat, agar dalam momen Pilkada serentak November mendatang, dapat menghasilkan pemimpin yang berkualitas serta benar-benar memperjuangkan hajat hidup rakyat. Sesuai dengan misi KPU di Pilkada serentak 2024 ini, ‘Pemilih Cerdas Pemimpin Berkualitas’.

Tak terasa, waktu pun menunjukkan lewat dari setengah 12 siang, tanda adzan shalat Dzuhur akan segera berkumandang. Terlihat, pria yang terkadang juga kami sapa dengan kode atau inisial PM (Pak Mursyid) itupun agak sedikit memepet posisi dudukku, yang tadinya berjarak satu kursi. ‘Tingga ciek lo rokok yo’ ucapnya.

Bukan karena ingin bergegas pergi ke masjid, beliau pun memeriksa bungkus rokok ku karena kebetulan kami mempunyai selera yang sama yakni Class Mild. Rupanya, beliau dari tadi sudah kehabisan rokok dan merasa patah arang karena tidak berasap, hehehe.

Akhirnya, kami pun mulai berangkat menuju masjid terdekat sembari menunggu adzan Dzuhur yang akan segera berkumandang, dan menjadi pertanda bahwa kewajiban kepada sang pencipta harus segera ditunaikan.

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

31 − = 28