16 Juli 2025

Jambi Daily

Media Online Publik Aksara Propinsi Jambi

Menakar Independensi KONI di Tangan Aparat Aktif

Oleh: Nazarman
Ketua PWI Merangin, Ketua Cabor Tenis Meja Merangin, dan Wakil Ketua KONI Kabupaten Merangin

AKBP Mat Sanusi resmi terpilih sebagai Ketua KONI Provinsi Jambi periode 2025–2029 dalam Musyawarah Olahraga Provinsi Luar Biasa (Musorprovlub) yang digelar 30 Juni 2025. Ia memperoleh 37 suara, unggul tipis atas pesaingnya Zuwanda, yang meraih 32 suara dari total 69 suara sah. Terpilihnya seorang perwira Polri aktif memimpin organisasi olahraga provinsi bukan sekadar hasil pemilihan, tapi momentum penting yang harus dikaji lebih dalam: apakah independensi KONI masih bisa dijaga ketika dipimpin oleh aparat yang masih aktif berdinas?

Sebagai orang yang terlibat langsung dalam dunia olahraga dan media, saya memandang situasi ini dari jarak yang sangat dekat. Saya memimpin organisasi wartawan sebagai Ketua PWI Merangin, saya juga membina cabang olahraga sebagai Ketua Tenis Meja Merangin, dan saya pun aktif sebagai Wakil Ketua KONI Kabupaten Merangin. Maka ketika ada pertanyaan seperti ini, itu bukan datang dari luar arena—tapi dari dalam gelanggang itu sendiri.

Saya tidak mempersoalkan kapasitas pribadi AKBP Mat Sanusi. Ia punya latar belakang pendidikan olahraga, pengalaman di PBSI, dan memimpin ISORI. Visi yang ia bawa—seperti digitalisasi data atlet, penguatan tata kelola, dan kemitraan CSR—perlu diapresiasi. Tapi dalam organisasi seperti KONI, kapasitas saja tidak cukup. Yang jauh lebih penting adalah posisi dan batas.

KONI adalah organisasi masyarakat sipil, bukan struktur formal negara. Maka sejak awal, ia dibangun di atas prinsip independensi, netralitas, dan kebebasan dari intervensi struktural. Meski UU No. 11 Tahun 2022 telah menghapus larangan eksplisit aparat aktif menjadi pengurus KONI, bukan berarti semangat dasarnya juga harus dihapus.

Pesaing Sanusi dalam Musorprovlub, Zuwanda, bukan sosok tanpa jejak. Ia adalah mantan Wakil Ketua Bidang Organisasi KONI Provinsi Jambi, pengurus aktif Perbakin, dan mendapat dukungan besar dari 8 KONI kabupaten/kota dan 22 cabang olahraga. Tapi kekuatan dukungan itu akhirnya dikalahkan oleh jaringan dan pengaruh lain yang, bisa jadi, tidak sepenuhnya netral.

Pertanyaan publik pun wajar: apakah proses pemilihan benar-benar bebas dari intervensi struktural? Apakah KONI masih sepenuhnya menjadi rumah atlet, atau mulai menjadi tempat penugasan dan kekuasaan?

Kini AKBP Mat Sanusi telah sah menjabat. Maka tanggung jawab terbesar justru ada di pundaknya: membuktikan bahwa ia mampu melepaskan seragamnya secara etis di dalam organisasi sipil ini. Bukan hanya menjalankan program, tapi menjaga kepercayaan, integritas, dan batasan antara negara dan masyarakat olahraga.

Dan bagi kita semua, para pengurus, cabor, dan pemangku kepentingan olahraga: kita tak boleh diam. Karena jika hari ini kita longgarkan batas, besok bisa saja organisasi olahraga dikuasai total oleh jabatan struktural, ASN, bahkan kepentingan politik.

Kita tentu ingin prestasi. Tapi prestasi yang lahir dari organisasi yang sehat, bersih, dan netral. Atlet tidak butuh pemimpin berpangkat tinggi mereka butuh pemimpin yang berpihak penuh pada mereka.

Tinggalkan Balasan

Jambi Daily