16 November 2024

Jambi Daily

Media Online Publik Aksara Propinsi Jambi

Amoghapasa Menjahit Telusur Tanah Berjejak Para Maestro Turun Gunung

3 min read

Eeei !  Di hilir lalang serumpun
            Mudik aur yang melentuk
            Napal yang berjenjang duo
            Batanghari bahulu tigo
            Dimano letak lawang tegak
            Yo  lah di Suwarnabhumi

Tanggal 4 September Taman Budaya Jambi kembali mengadakan kenduri “Telusur Tanah Berjejak”, dalam pendukungan kenduri Suwarnabhumi, saat di buka dengan pergelaran “Tegak Negeri”, “Luci Berayun”, dan kegiatan lainnya dengan tema Ritus dan Upacara Adat, jahitan rangkaian kegiatan ini tidak hanya mengambarkan simbol simbol saja, namun sudah mengaplikasikan apa itu nilai nilai dalam upacara adat, memaknai sebuah ritus, upacara adat bukan sekedar simbol atau mengumpulkan orang banyak, namun bagaimana pesan pesan nilai yang baik bisa sampai dan dimengerti oleh masyarakat banyak, terutama para pelaku pelaku ritus sendiri.

“Telusur Tanah Berjejak” berusaha mengembalikan nilai nilai “Sirih Pada Pangkalnya, Pinang Pada Tampuknya, Keris Pada Sarungnya, Tombak Pada Batangnya”, dengan menyesuaikan pada zaman sekarang. Pada kegiatan ini semua cabang seni budaya ikut serta, ada pameran lukisan, instalasi bambu, karena kebudayaan tak bisa lepas dari ekosistem lingkungan sekitarnya, instalasi bambu yang dibuat para perupa Jambi menggambarkan kehidupan peradaban sepanjang sungai Batanghari untuk mengingat dimana masa masa “Sungai Adalah Jalan Raya, Samudera Gelanggangnya”.

Saat pembukaan akan di tampilkan sebuah karya “Ritus Tanah Berjejak” , karya drama tari dan musik yang diangkat dari kisah ekspedisi Pamalayu, Dara Petak Dara Jingga, dan tali sepilin dua yang girajut arca Amoghapasa, hingga bagaimana sebuah wangsa lahir, wangsa Syailendra, karya ini digarap dan didukung pengkarya dari empat penjuru mata angin, yang disutradarai sendiri Eri Argawan, konsep dan naskah M. Ali Surakhman, kareografer Doni Osmon, penata musik Armen Suwendi penata kostum Yaherlies dan didukung para seniman seniman muda Tanah Pilih Pusako Bertuah.

Tak hanya tradisi lokal namun heteregenitas tetap menjadi penguat dan perajut dengan pentas seni etnik pada kenduri “Telusur Tanah Berjejak”, dan saat sirih pinang lengkap, tembakau sudah di bakar, jari sepuluh dilingkup mohon petunjuk dan restu pada pemilik Semesta Alam Raya, bahwa ini kerja baik, kerja buat orang banyak, para sepuh, maestro spontan turun ikut serta, maestro lukis Pak De Sumardi yang usianya sudah menginjak 75 tahun ikut berhujan panas membantu membuat instalasi bambu, begitu pula seniman seniman sepuh lainya berkolaborasi mewujudkan kegiatan itu, disitu letak letak nilai dari sebuah kebudayaan, “bergerak tanpa disuruh, berbuat tak mengharap pujian”, semua karena tanggung jawab moral dan rasa malu, saat tanah ibu, rumah tempat tumbuh besar, lingkungan yang membentuk hingga bisa di sebut orang banyak “seniman”, di jadikan tempat kenduri Suwarnabhumi.

Tak itu saja para tetua tetua, Temenggung Suku Anak Dalam akan keluar dari hutan ikut mendukung kegiatan ini, akan mengadakan ritual dan ritus “Basale”, walau dalam skenario Kenduri Suwarnabhumi mereka terlupakan, untuk menghadirkan tetua suku Anak Dalam di dukung oleh Pak Zulkifliharto, yang dulunya peneliti BPNB Kepri walau beliau bukan orang Jambi, tidak bermukim di Jambi, tapi dari seberang lautan Kepulauan Riau, namun rasa tanggung jawab moral untuk pelestarian kebudayaan telah menggerakkan hatinya untuk turut mendukung Kenduri Suwarnabhumi, dan Taman Budaya Jambi langsung memberi ruang untuk Suku Anak Dalam.

Nilai sebuah kebudayaan itu, mampu merajut berbagai dan beragam, perbedaan pemikiran, ego, hingga ia menjadi energi kekuatan dalam membangun ekosistem masyarakat yang baik, tidak hanya bergerak kalau ada project-project saja, namun sebuah pekerjaan mesti ada rasa rasa, tanggung jawab moral, bukan sekedar melepas hutang untuk laporan pertanggungjawaban saja. Semoga Alam Raya selalu merestui pekerjaan pekerjaan baik, atau kita menoreh mal;u pada generasi akan datang.

 

Ditulis Oleh: Ali Surakhman

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

66 − 61 =