JURNAL PUBLIK

Kiprah Perempuan Jambi (1)

×

Kiprah Perempuan Jambi (1)

Sebarkan artikel ini

Penulis: Dr Yuliana, SE.MSi

(Akademisi, Pengamat Pembangunan Ekonomi dan Konflik Sosial Ekonomi dan Politik, Jurnalis Harian Jambi Ekspres 1999-2003).

Pengantar: Ketokohan Perempuan Jambi, Bukan Sekadar Simbol

Dalam narasi pembangunan daerah, perempuan sering kali ditempatkan sebagai pelengkap atau simbol pendamping kekuasaan. Istilah seperti “first lady” menjadi representasi dominan dalam wacana publik, seolah-olah peran perempuan hanya relevan ketika dikaitkan dengan posisi laki-laki yang berkuasa. Padahal, sejarah sosial dan politik Indonesia, termasuk di daerah seperti Jambi, telah membuktikan bahwa perempuan bukan sekadar pendamping, melainkan pelaku utama dalam perubahan sosial, ekonomi, budaya, dan hukum.

Tulisan ini secara tegas mengambil jarak dari pendekatan simbolik tersebut. Kiprah perempuan Jambi yang diangkat bukanlah tentang siapa yang mendampingi siapa, melainkan tentang siapa yang berdiri tegak sebagai tokoh, pelaku, dan penggerak perubahan. Mereka adalah perempuan yang membangun dari akar rumput, memimpin komunitas, mencipta karya, dan menyuarakan keadilan. Ketokohan mereka lahir bukan dari privilese, tetapi dari proses panjang yang penuh tantangan, keberanian, dan komitmen.

Jambi, sebagai provinsi yang kaya akan sumber daya alam dan budaya, menyimpan potensi besar yang tidak hanya terletak pada kekayaan fisik, tetapi juga pada kekuatan manusianya. Di dalamnya, perempuan memainkan peran yang sangat strategis. Mereka hadir di berbagai sektor: dari ekonomi mikro hingga bisnis global, dari advokasi lingkungan hingga pelestarian budaya, dari ruang redaksi media hingga ruang sidang pengadilan. Kiprah mereka tidak hanya berdampak pada keluarga dan komunitas, tetapi juga pada arah kebijakan dan pembangunan daerah.

Dalam bidang ekonomi, perempuan Jambi menjadi penggerak UMKM, pelaku usaha mandiri, dan pemimpin organisasi pengusaha perempuan. Di sektor lingkungan, mereka menjadi penjaga hutan adat, penggerak konservasi, dan pendidik ekologi komunitas. Di dunia jurnalisme, mereka menulis berita, membentuk opini publik, dan menyuarakan suara-suara yang terpinggirkan. Di panggung seni dan budaya, mereka mencipta, menafsirkan ulang tradisi, dan membangun ruang ekspresi yang inklusif. Di bidang hukum, mereka menjadi pembela hak-hak perempuan dan anak, pendamping korban kekerasan, dan penggerak literasi hukum.

Kiprah ini bukanlah hasil dari kebetulan, melainkan dari kerja keras yang sering kali tidak terlihat oleh sorotan media arus utama. Banyak dari mereka bekerja dalam senyap, membangun dari bawah, dan menghadapi tantangan struktural yang tidak ringan. Namun, justru dalam kesenyapan itulah lahir kekuatan yang autentik dan berkelanjutan.

Tulisan ini bertujuan untuk menghadirkan narasi alternatif tentang perempuan Jambi, bukan sebagai figur simbolik atau pelengkap, tetapi sebagai tokoh yang memiliki agensi, visi, dan kontribusi nyata. Dengan menelusuri kiprah mereka di berbagai bidang, kita diajak untuk melihat ulang bagaimana pembangunan daerah seharusnya tidak hanya berbasis pada angka dan infrastruktur, tetapi juga pada manusia dan nilai-nilai yang mereka perjuangkan.

Lebih dari itu, tulisan ini adalah bentuk penghormatan terhadap perempuan Jambi yang telah dan terus bekerja untuk membangun masa depan yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan. Mereka adalah wajah Jambi yang sesungguhnya tangguh, cerdas, dan penuh daya cipta.

Ekonomi: Dari UMKM ke Pasar Global

Perempuan Jambi telah lama menjadi tulang punggung ekonomi lokal, baik sebagai pelaku usaha mikro maupun sebagai pemimpin bisnis yang menembus pasar nasional dan internasional. Kiprah mereka dalam sektor ekonomi bukan hanya soal bertahan hidup, tetapi juga tentang inovasi, keberanian, dan transformasi sosial. Dalam konteks pembangunan daerah, kontribusi perempuan dalam ekonomi tidak bisa lagi dipandang sebagai pelengkap, melainkan sebagai kekuatan utama yang menopang ketahanan keluarga dan pertumbuhan ekonomi daerah.

Data dari Analisis Gender Provinsi Jambi 2023 menunjukkan bahwa partisipasi angkatan kerja perempuan di Jambi mencapai 52,3%, sebuah angka yang terus meningkat dalam lima tahun terakhir (BPS Jambi, 2024). Meski masih lebih rendah dibandingkan laki-laki, tren ini menunjukkan bahwa perempuan semakin aktif dalam sektor produktif, terutama di bidang perdagangan, jasa, dan industri kreatif.

Salah satu tokoh sentral dalam pemberdayaan ekonomi perempuan adalah Harlina, Ketua DPD IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) Provinsi Jambi. Di bawah kepemimpinannya, IWAPI Jambi menjadi wadah strategis bagi ratusan perempuan pengusaha untuk mengembangkan usaha, memperluas jaringan, dan meningkatkan literasi digital. Dalam Musyawarah Daerah IWAPI Jambi 2024, Gubernur Al Haris menegaskan pentingnya peran perempuan dalam pembangunan ekonomi. “Peran ibu sekarang tidak hanya sebagai ibu rumah tangga, tapi juga bisa berkarier. Kita harus menempatkan perempuan setara dengan laki-laki,” ujarnya (JambiLINK, 2024).

IWAPI Jambi aktif menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan, seminar bisnis, dan pendampingan UMKM berbasis komunitas. Program-program ini tidak hanya meningkatkan kapasitas teknis perempuan pengusaha, tetapi juga memperkuat solidaritas dan jejaring antar pelaku usaha. Dalam berbagai forum, Harlina menekankan pentingnya digitalisasi UMKM agar produk lokal Jambi dapat bersaing di pasar nasional dan internasional.

Salah satu contoh sukses adalah Nila, pemilik Travel biro perjalanan wisata internasional yang berbasis di Kota Jambi. Ia merintis usaha dari skala lokal, melayani perjalanan domestik dan umrah, hingga kini mampu menawarkan paket wisata ke Turki, Dubai, dan Eropa. Travelnya dikenal sebagai penyedia layanan perjalanan halal yang profesional dan terpercaya. Kiprah Nila menunjukkan bahwa perempuan Jambi mampu menembus pasar global dengan inovasi, integritas, dan pelayanan berkualitas.

Di tingkat akar rumput, perempuan Jambi juga menunjukkan ketangguhan dalam menghadapi krisis ekonomi, terutama saat pandemi COVID-19 melanda. Penelitian Maryani (2021) mengungkap bagaimana perempuan di Seberang Kota Jambi, khususnya di Teluk Lake dan Pelayangan, berinisiatif menjalankan usaha kecil-kecilan untuk menopang ekonomi keluarga. Mereka berjualan makanan, membuka jasa jahit, menjadi reseller produk daring, dan membentuk kelompok usaha bersama. Aktivitas ini tidak hanya meningkatkan pendapatan keluarga, tetapi juga memperkuat solidaritas sosial antar perempuan (Maryani, 2021).

Namun, tantangan masih membayangi. Ketimpangan akses terhadap modal, pelatihan, dan pasar masih menjadi hambatan utama bagi perempuan pengusaha di Jambi. Banyak dari mereka menghadapi stereotip gender yang meragukan kapasitas perempuan dalam mengelola bisnis. Selain itu, beban ganda sebagai ibu rumah tangga dan pelaku usaha sering kali membuat perempuan harus bekerja dua kali lebih keras untuk mencapai keberhasilan.

Oleh karena itu, diperlukan kebijakan afirmatif yang mendukung pemberdayaan ekonomi perempuan, seperti akses kredit mikro yang ramah perempuan, pelatihan kewirausahaan berbasis komunitas, dan pendampingan bisnis yang berkelanjutan. Pemerintah daerah, lembaga keuangan, dan organisasi masyarakat sipil perlu bersinergi untuk menciptakan ekosistem usaha yang inklusif dan responsif terhadap kebutuhan perempuan.

Kiprah perempuan Jambi dalam ekonomi adalah cerminan dari ketangguhan, kreativitas, dan semangat kolaboratif. Mereka bukan sekadar pelengkap, melainkan subjek aktif dalam transformasi sosial dan ekonomi. Dari warung kecil di pinggir jalan hingga biro perjalanan ke luar negeri, perempuan Jambi membuktikan bahwa ekonomi bukan hanya soal angka, tetapi juga tentang keberanian untuk bermimpi dan mewujudkannya.

Suara Perempuan Penjaga Lingkungan

Di tengah ancaman krisis iklim, deforestasi, dan eksploitasi sumber daya alam yang terus meningkat, perempuan Jambi tampil sebagai penjaga lingkungan yang tangguh dan visioner. Mereka bukan sekadar korban dari kerusakan ekologis, tetapi juga pelaku perubahan yang aktif dalam advokasi, edukasi, dan konservasi. Kiprah mereka melampaui batas-batas domestik, menjangkau ruang-ruang strategis yang selama ini didominasi oleh laki-laki.

Salah satu figur sentral dalam gerakan lingkungan hidup di Jambi adalah Sukmareni, Koordinator Divisi Komunikasi di Kehati Konservasi Indonesia (KKI) Warsi. Ia telah lama dikenal sebagai aktivis yang vokal dalam isu pelestarian hutan, restorasi gambut, dan penguatan hak masyarakat adat. Dalam berbagai forum nasional dan internasional, Sukmareni menyuarakan pentingnya pelibatan perempuan dalam tata kelola lingkungan. “Perempuan adat tahu kapan menanam, kapan memanen, dan bagaimana menjaga hutan agar tetap lestari. Mereka bukan hanya pengguna, tapi penjaga alam,” ujarnya dalam wawancara dengan Mongabay Indonesia (Mongabay, 2022).

KKI Warsi bersama WALHI Jambi telah menginisiasi berbagai program pemberdayaan perempuan di desa-desa sekitar hutan, seperti di Kabupaten Merangin, Sarolangun, dan Bungo. Program-program ini melibatkan perempuan dalam pemetaan wilayah adat, pelatihan pertanian ramah lingkungan, pengelolaan hasil hutan bukan kayu, dan advokasi kebijakan. Hasilnya, perempuan tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga pemimpin komunitas yang mampu menyuarakan hak-hak ekologis mereka.

Data dari WALHI Jambi menunjukkan bahwa lebih dari 40% peserta pelatihan konservasi dan advokasi lingkungan dalam lima tahun terakhir adalah perempuan (WALHI Jambi, 2023). Ini mencerminkan peningkatan partisipasi perempuan dalam isu-isu strategis yang sebelumnya dianggap bukan ranah mereka. Di lapangan, perempuan menjadi penggerak utama dalam kampanye pelestarian sungai, penanaman pohon, dan penolakan terhadap izin tambang yang merusak lingkungan hidup.

Namun, perjuangan perempuan penjaga lingkungan tidaklah mudah. Mereka sering menghadapi stigma, intimidasi, bahkan ancaman fisik ketika menentang kepentingan korporasi atau kebijakan yang merugikan masyarakat. Dalam kasus penolakan izin tambang di Desa Lubuk Bedorong, misalnya, perempuan menjadi ujung tombak aksi damai dan advokasi hukum, meski harus berhadapan dengan tekanan dari berbagai pihak. Keberanian mereka menjadi simbol perlawanan ekologis yang berakar pada nilai-nilai lokal dan solidaritas komunitas.

Selain Sukmareni, banyak perempuan lain yang bekerja dalam senyap namun berdampak besar. Para ibu rumah tangga yang mengelola kebun agroforestri, perempuan adat yang menjaga ritual hutan, dan kader lingkungan yang mengedukasi anak-anak tentang pentingnya menjaga alam, semuanya adalah bagian dari ekosistem gerakan lingkungan yang hidup dan berkelanjutan.

Kiprah perempuan Jambi dalam menjaga lingkungan hidup juga memiliki dimensi spiritual dan budaya. Dalam tradisi masyarakat adat Jambi, perempuan sering kali menjadi penjaga nilai-nilai kosmologis yang menghubungkan manusia dengan alam. Mereka memahami siklus tanam, mengenali tanda-tanda alam, dan menjaga keseimbangan ekologis melalui praktik-praktik tradisional yang diwariskan lintas generasi.

Oleh karena itu, pelibatan perempuan dalam perumusan kebijakan lingkungan bukanlah pilihan, melainkan keniscayaan. Pemerintah daerah, lembaga konservasi, dan organisasi masyarakat sipil perlu memastikan bahwa suara perempuan didengar dan dihargai dalam setiap proses pengambilan keputusan. Tanpa keadilan gender dalam tata kelola lingkungan, keberlanjutan hanya akan menjadi jargon kosong.

Lebih dari sekadar aktivis, perempuan Jambi dalam gerakan lingkungan adalah penjaga masa depan. Mereka merawat bumi dengan tangan yang sama yang membesarkan generasi berikutnya. Dalam hutan, ladang, dan ruang-ruang advokasi, suara mereka adalah suara kehidupan penuh keberanian, kebijaksanaan, dan harapan.

Jurnalisme: Menulis, Mengabarkan, Menginspirasi

Di tengah arus informasi yang semakin cepat dan kompleks, perempuan Jambi telah mengambil peran penting dalam dunia jurnalisme. Mereka tidak hanya menjadi penyampai berita, tetapi juga penafsir realitas, penjaga etika media, dan penggerak literasi publik. Kiprah mereka melampaui ruang redaksi, menyentuh ranah sastra, advokasi sosial, dan pendidikan publik. Dalam lanskap media lokal yang kerap didominasi oleh suara maskulin, kehadiran jurnalis perempuan menjadi penyeimbang yang menghadirkan perspektif empatik, kritis, dan berkeadilan.

Salah satu figur yang menonjol adalah Musdalifah Rachim, Pemimpin Redaksi Halo Jambi. Ia dikenal bukan hanya sebagai jurnalis senior, tetapi juga sebagai penyair yang produktif. Musdalifah telah menerbitkan sejumlah buku puisi dan aktif tampil dalam berbagai forum pembacaan puisi, termasuk di Kuala Tungkal dan dalam pertemuan komunitas sastra dan alumni. Karya-karyanya mengangkat tema perempuan, identitas lokal, dan keresahan sosial, menjadikan jurnalisme dan sastra sebagai dua sayap yang saling menguatkan dalam kiprahnya. Dalam salah satu puisinya, ia menulis: “Aku perempuan yang tak diam di balik tirai, aku bicara dengan pena, dengan suara, dengan luka.” (Rachim, 2023).

Kehadiran Musdalifah menjadi bukti bahwa jurnalisme perempuan tidak melulu soal berita harian, tetapi juga tentang membangun narasi kebudayaan dan kesadaran kolektif. Ia memadukan ketajaman analisis jurnalistik dengan kepekaan estetik, menjadikan media sebagai ruang refleksi dan ekspresi. Di bawah kepemimpinannya, Halo Jambi menjadi salah satu media lokal yang aktif mengangkat isu-isu perempuan, budaya, dan pendidikan.

Tokoh lain yang patut diapresiasi adalah Fitriani Ulinda, wartawati senior yang telah lama berkiprah di media massa dan beberapa organisasi di Provinsi Jambi. Ia dikenal sebagai figur yang konsisten dalam menyuarakan isu-isu sosial, pendidikan, dan pemberdayaan perempuan melalui tulisan dan kegiatan komunitas. Fitriani juga aktif dalam kegiatan literasi media dan pelatihan jurnalistik bagi generasi muda, terutama perempuan yang ingin terjun ke dunia pers. Di luar dunia jurnalistik, ia juga aktif dalam kepengurusan KONI Provinsi Jambi, menunjukkan bahwa kiprah perempuan bisa lintas sektor dan tetap berdampak.

Kiprah para wartawati ini menunjukkan bahwa perempuan Jambi tidak hanya hadir di ruang redaksi, tetapi juga memimpin, mencipta, dan membentuk opini publik. Mereka menghadapi tantangan yang tidak ringan, mulai dari stereotip gender, tekanan kerja, hingga risiko keamanan di lapangan. Namun, justru dalam tantangan itulah muncul ketangguhan dan integritas yang menjadi fondasi jurnalisme berkualitas.

Sosok lain yang tak kalah penting adalah Yusnaini Rany, Pemimpin Redaksi dan dosen yang juga Ketua Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Provinsi Jambi periode 2024–2027. Dalam visinya, Yusnaini menekankan pentingnya peningkatan profesionalitas jurnalis perempuan melalui pelatihan, kolaborasi, dan penguatan kapasitas. Ia menyatakan, “FJPI harus menjadi ruang tumbuh bagi jurnalis perempuan agar semakin kompeten dan berdaya dalam menghadapi tantangan media digital”. Sebagai akademisi, Yusnaini juga aktif mengajar dan membimbing mahasiswa dalam bidang komunikasi dan jurnalistik, menjembatani dunia praktik dan dunia pendidikan.

Lebih jauh, jurnalisme perempuan di Jambi berperan dalam membangun literasi media dan kesadaran kritis masyarakat. Melalui tulisan, puisi, dan liputan, mereka mengajak publik untuk tidak hanya membaca berita, tetapi juga memahami konteks, menggugat ketimpangan, dan merawat harapan. Dalam dunia yang semakin dipenuhi informasi palsu dan polarisasi, suara perempuan jurnalis menjadi penyeimbang yang menghadirkan empati, akurasi, dan keberpihakan pada kebenaran.

Kiprah mereka adalah bukti bahwa jurnalisme bukan sekadar profesi, tetapi juga panggilan untuk menjaga nurani publik. Perempuan Jambi dalam dunia pers telah membuktikan bahwa keberanian, ketajaman, dan kelembutan bisa berjalan beriringan dalam membentuk ruang informasi yang sehat dan beradab.

Seni Budaya: Penjaga Tradisi, Pencipta Makna

Di tengah arus modernisasi dan globalisasi yang kerap menggerus identitas lokal, perempuan Jambi tampil sebagai penjaga tradisi sekaligus pencipta makna baru dalam lanskap seni dan budaya. Kiprah mereka tidak hanya melestarikan warisan leluhur, tetapi juga mentransformasikannya menjadi karya yang relevan dengan zaman. Dari panggung tari, batik, hingga sastra, perempuan Jambi memainkan peran penting dalam menjaga denyut kebudayaan daerah.

Salah satu momen yang menegaskan kontribusi perempuan muda Jambi dalam seni pertunjukan adalah pentas dua karya tari mahasiswa Program Studi Seni Drama, Tari, dan Musik Universitas Jambi (UNJA) di Taman Budaya Jambi pada 2 September 2025. Karya pertama berjudul Cahaya Sikso, hasil kolaborasi koreografer muda Retty Apriliana dan Tiara Julianti, mengangkat legenda Danau Kaco di Kerinci. Kisah tragis Putri Napal Melintang yang menjadi korban keserakahan sang ayah divisualisasikan melalui gerak tari penuh simbol dan atmosfer magis. Tubuh para penari menjadi medium untuk menyampaikan kecantikan, perlawanan, dan pengorbanan (Tribun Jambi, 2025).

Karya kedua, Betine Gerut oleh Azarah, menafsirkan ulang tari tradisi Siwar dari Dusun Tanjung Sakti, Sumatera Selatan. Tarian ini menggambarkan strategi perempuan dalam menyembunyikan kekuatan perlawanan terhadap penjajah melalui gerak yang luwes namun tajam. Simbol-simbol perlawanan seperti siwar (senjata tradisional) dihadirkan secara artistik, menegaskan bahwa kelembutan perempuan bukanlah kelemahan, melainkan strategi dan kekuatan (Tribun Jambi, 2025).

Kedua karya ini lahir dari proses akademik yang intensif di bawah bimbingan para dosen seni pertunjukan seperti Dra. Riswani, M.Sn., Galuh Tulus Utama, S.Pd., M.Sn., dan Yhovy Hendricasri Utami, S.Sn., M.Sn.. Pertunjukan tersebut bukan sekadar syarat kelulusan, tetapi juga wujud nyata kontribusi generasi muda dalam menghidupkan kembali warisan budaya serta mengartikulasikannya dalam konteks kekinian.

Di ranah kriya, perempuan Jambi juga berperan penting dalam pelestarian batik Jambi, sebuah warisan budaya yang kaya motif dan filosofi. Dalam dokumenter Harmoni Batik Jambi, ditampilkan perjuangan para pembatik perempuan yang selama ini bekerja dalam senyap, mentransmisikan nilai-nilai budaya melalui canting dan warna. “Ini hadiah seniman batik dan perempuan. Dalam transmisi budaya, perempuan memiliki peran penting yang terkadang tidak terlihat,” ujar salah satu kurator acara tersebut (Kilas Jambi, 2024).

Tari tradisional seperti Sekapur Sirih, yang umumnya ditarikan oleh perempuan, juga menjadi simbol penyambutan dan penghormatan dalam berbagai acara adat dan kenegaraan. Gerakan lembut dan properti seperti cerano (wadah persembahan) mencerminkan filosofi keramahan dan keanggunan perempuan Melayu Jambi. Tari ini masih dilestarikan dan diajarkan di berbagai sanggar seni di Jambi, menjadi bagian dari pendidikan budaya bagi generasi muda (Detik Sumbagsel, 2024).

Kiprah perempuan Jambi dalam seni dan budaya adalah bukti bahwa mereka tidak hanya mewarisi tradisi, tetapi juga mentransformasikannya. Mereka mencipta ruang baru bagi ekspresi, membangun jembatan antara masa lalu dan masa depan, serta menjadikan kebudayaan sebagai medan dialog dan pembebasan. Dalam setiap gerak tari, motif batik, dan bait puisi, perempuan Jambi menyuarakan identitas, perlawanan, dan harapan.

Hukum: Menjaga Keadilan, Menguatkan Suara Perempuan

Dalam sistem hukum yang masih sarat bias gender dan minim keberpihakan terhadap korban, perempuan Jambi tampil sebagai aktor penting dalam memperjuangkan akses keadilan. Mereka tidak hanya berperan sebagai praktisi hukum, tetapi juga sebagai pendamping korban, pendidik masyarakat, dan penggerak advokasi kebijakan. Kiprah mereka menjadi penanda bahwa hukum bukan sekadar teks, tetapi juga ruang perjuangan untuk keadilan yang berpihak pada yang rentan.

Salah satu figur sentral dalam advokasi hukum perempuan di Jambi adalah Zubaidah, Ketua Beranda Perempuan Jambi. Dalam pernyataannya pada peringatan Hari Kartini 2025, ia menegaskan bahwa perempuan harus berani menuntut akses keadilan hukum, terutama dalam kasus kekerasan seksual dan kekerasan berbasis gender online (KBGO). “Perempuan harus berani menuntut akses keadilan hukum dalam mengungkap kasus,” ujarnya. Zubaidah juga mengkritisi budaya hukum di Jambi yang masih permisif terhadap pelaku dan cenderung menyalahkan korban, sehingga banyak perempuan enggan melapor (ANTARA Jambi, 2025).

Beranda Perempuan Jambi aktif dalam edukasi hukum di desa-desa, khususnya terkait hak perempuan dalam pertanian dan pengambilan keputusan. Zubaidah menyoroti bahwa perempuan petani memiliki pengetahuan lokal yang sangat penting, namun sering kali tidak diakui dalam struktur formal. Advokasi hukum yang dilakukan komunitas ini bertujuan untuk memperkuat posisi perempuan dalam kebijakan agraria dan lingkungan hidup.

Di ranah praktisi hukum, kiprah Fitri Susanti, SH, Ketua Ikatan Pengacara Wanita Jambi (IPWJ), juga patut diapresiasi. Ia memimpin berbagai kegiatan penyuluhan hukum, termasuk sosialisasi UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Dalam kegiatan yang digelar di Taman Kongkow, Kota Jambi, Fitri menekankan pentingnya menjaga keharmonisan keluarga dan mencegah kekerasan sebagai bentuk perlindungan terhadap hak perempuan dan anak. “Permasalahan KDRT jika tidak segera diantisipasi dapat mengganggu hak-hak perempuan dan anak seperti hak untuk hidup, hak untuk mendapatkan perlindungan, dan hak untuk bersosialisasi di lingkungannya,” jelasnya (Benua News, 2023).

IPWJ juga memiliki divisi bantuan hukum yang aktif mendampingi korban KDRT dan kekerasan seksual. Masta Melda Ria Aritonang, SH, Ketua Biro Bantuan Hukum IPWJ, menyatakan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah kompleks yang harus ditangani secara profesional dan komprehensif. Ia menyoroti bahwa faktor ekonomi, perilaku pasangan, dan rendahnya literasi hukum menjadi pemicu utama terjadinya KDRT. “Dampak kekerasan yang kompleks memerlukan penanganan secara komprehensif untuk memulihkan korban,” ujarnya (Benua News, 2023).

Tak kalah penting, Mirna Novita Amir, SH, Wakil Bidang Perempuan dan Anak IPWJ, juga aktif menyuarakan pentingnya pemulihan hak-hak korban dan perlindungan hukum yang berkeadilan. Ia menekankan bahwa dampak KDRT sangat kompleks dan mempengaruhi ketahanan individu maupun keluarga. “Jika tidak segera diantisipasi dan ditangani dengan baik, dapat mengganggu upaya pemulihan hak-hak perempuan dan anak,” tegasnya (Benua News, 2023).

Kiprah perempuan Jambi di bidang hukum menunjukkan bahwa mereka tidak hanya memahami teks undang-undang, tetapi juga mampu menerjemahkannya ke dalam praktik advokasi yang berpihak pada korban. Mereka membangun jembatan antara hukum formal dan kebutuhan riil masyarakat, terutama perempuan dan anak yang rentan terhadap kekerasan dan diskriminasi.

Dalam konteks pembangunan hukum yang berkeadilan, kehadiran perempuan seperti Zubaidah, Fitri Susanti, Masta Melda, dan Mirna Novita menjadi sangat penting. Mereka adalah wajah hukum yang humanis, progresif, dan berani. Di tengah sistem yang masih patriarkis, suara mereka adalah suara perubahan yang menegaskan bahwa hukum harus berpihak pada kehidupan, bukan sekadar prosedur.

Penutup: Menyulam Ketokohan, Menegaskan Perubahan

Kiprah perempuan Jambi dalam berbagai sektor kehidupan bukanlah narasi pinggiran, melainkan inti dari proses pembangunan yang berkeadilan dan berkelanjutan. Dari ruang usaha mikro hingga panggung internasional, dari hutan adat hingga ruang sidang, dari redaksi media hingga panggung seni, mereka hadir sebagai pelaku, pemimpin, dan penjaga nilai. Ketokohan mereka lahir bukan dari privilese, tetapi dari kerja keras, keberanian, dan komitmen yang konsisten.

Tulisan ini telah menelusuri jejak perempuan Jambi di bidang ekonomi, lingkungan, jurnalisme, seni budaya, dan hukum. Masing-masing tokoh yang diangkat menunjukkan bahwa perempuan bukan sekadar pelengkap pembangunan, melainkan penentu arah dan penjaga integritas sosial. Mereka membuktikan bahwa ketangguhan perempuan bukan mitos, melainkan kenyataan yang hidup dalam keseharian masyarakat Jambi.

Lebih dari sekadar pencapaian individu, kiprah mereka adalah cerminan dari daya hidup kolektif perempuan Jambi. Dalam setiap langkah, mereka menyulam ketokohan yang berakar pada nilai lokal, spiritualitas, dan solidaritas. Mereka tidak hanya mengubah wajah sektor tempat mereka berkarya, tetapi juga menegaskan bahwa pembangunan yang sejati harus melibatkan suara perempuan secara utuh dan setara.

Di tengah tantangan struktural, stereotip gender, dan ketimpangan akses, perempuan Jambi terus bergerak. Mereka menulis, menanam, melatih, membela, dan mencipta. Mereka adalah penjaga masa depan yang bekerja dalam senyap namun berdampak besar. Dalam gerak mereka, kita melihat harapan yang konkret bahwa perubahan sosial bukan hanya mungkin, tetapi sedang berlangsung.

Maka, sudah saatnya narasi pembangunan daerah tidak lagi menempatkan perempuan sebagai simbol atau pelengkap, tetapi sebagai subjek utama. Kiprah mereka harus diakui, didukung, dan dijadikan fondasi dalam merancang kebijakan, membangun institusi, dan menata masa depan. Karena ketika perempuan Jambi bergerak, Jambi pun bertumbuh.

Referensi

ANTARA Jambi. (2025, April 20). Hari Kartini momentum perjuangkan jaminan hukum perempuan dalam kasus kekerasan. https://jambi.antaranews.com/berita/611649.

Benua News. (2023, Januari 17). Ikatan Pengacara Wanita Jambi berikan penyuluhan hukum tentang penghapusan KDRT. https://benuanews.com/ikatan-pengacara-wanita-jambi-berikan-penyuluhan-hukumtentang-penghapusan-kdrt/.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. (2024). Analisis Gender Provinsi Jambi 2023. Jambi: BPS.

Benua News. (2025, Mei 5). IPWJ berikan penyuluhan hukum tentang penghapusan KDRT. https://benuanews.com.

Detik Sumbagsel. (2024, Mei 12). 5 budaya Jambi yang masih dilestarikan: Ada tari Sekapur Sirih hingga Kompangan. https://www.detik.com/sumbagsel/budaya/d-7630145.

FJPI Indonesia. (2024, Agustus 11). Yusnaini Pimpin FJPI Jambi 2024–2027.

Halo Jambi. (2024). Profil Redaksi dan Kegiatan Literasi. https://halojambi.id

JambiLINK. (2024, September 3). Gubernur Al Haris ajak pengusaha perempuan Jambi buka lapangan kerja dan berperan aktif. https://www.jambilink.id.

Jambi Ekspres. (2024). Profil Wartawati dan Liputan Sosial. https://www.jambiekspres.co.id.

Kilas Jambi. (2024). Perempuan di balik harmoni batik Jambi. https://kilasjambi.com/perempuan-di-balik-harmoni-batik-jambi/.

KKI Warsi. (2022). Perempuan dan Konservasi: Studi Kasus di Merangin dan Sarolangun. Jambi: KKI Warsi.

Maryani, M. (2021). Kiprah perempuan Seberang Kota Jambi dalam peningkatan kesejahteraan keluarga. Harakat an-Nisa: Jurnal Studi Gender dan Anak, 6(1), 27–40.

Mongabay Indonesia. (2022, Oktober 14). Perempuan adat dan hutan: Pengetahuan lokal yang terpinggirkan. https://www.mongabay.co.id.

Mongabay Indonesia. (2022, Oktober 14). Perempuan adat dan hutan: Pengetahuan lokal yang terpinggirkan. https://www.mongabay.co.id/2022/10/14/perempuan-adat-dan-hutan-pengetahuan-lokal-yang-terpinggirkan/.

Rachim, M. (2023). Perempuan dan Pena: Antologi Puisi. Jambi: Halo Jambi Publishing.

Tribun Jambi. (2025, September 2). Dua karya tari mahasiswa UNJA pentaskan kisah legenda dan ketangguhan perempuan Jambi. https://jambi.tribunnews.com/techno/1174761.

WALHI Jambi. (2023). Laporan Tahunan WALHI Jambi 2023. Jambi: Wahana Lingkungan Hidup Indonesia.