BMKG Ungkap Sebab Suhu Malam Jauh Lebih Dingin dari Biasa
2 min readJAMBIDAILY TEKNOLOGI -Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan kaitan kejadian penurunan suhu menjadi lebih dingin pada malam hari dengan musim kemarau di Indonesia.
Ia mengatakan daerah dataran tinggi seperti Bandung, Malang dan Dieng adalah daerah yang lebih merasakan suhu dingin di malam hari.
BMKG mencatat suhu udara di Kota Bandung pada Rabu pagi mencapai suhu terendah di 16 derajat Celsius. Sementara di Lembang mencapai 13,6 derajat Celsius.
Sebelumnya, beberapa warganet turut melaporkan udara dingin di daerah Dieng dan Bandung. Suhu di Dieng bahkan dilaporkan suhu sampai menyentuh angka minus 4 derajat Celcius.
Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal menjelaskan pada malam hari di musim kemarau, Bumi tidak menerima radiasi Matahari sebagai sumber panas. Namun Bumi melepaskan panas ke angkasa.
Jika udara cerah tidak berawan, maka radiasi bumi akan bisa lepas maksimal ke angkasa. Pada kondisi seperti ini kondisi udara pada malam hari lebih dingin dibanding kondisi udara malam hari di musim hujan.
“Pada kondisi seperti ini kondisi udara pada malam hari lebih dingin dibanding kondisi udara malam hari di musim hujan,” kata Herizal saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (29/7).
Herizal mengatakan semakin cerah langit di musim kemarau akan semakin dingin udara dirasakan pada malam hari.
Sebaliknya, pada siang hari, radiasi Matahari bisa diterima Bumi secara maksimum karena tidak ada awan sebagai penghalang radiasi Matahari ke permukaan Bumi.
Hal ini membuat suhu pada siang hari menjadi lebih panas. Herizal menjelaskan, minimnya awan ini disebabkan oleh angin monsun Australia dominan ang mengalirkan massa udara dingin dan kering dari Benua Australia menuju Asia melewati Samudera Indonesia dan wilayah Kepulauan Indonesia.
Penguatan monsun Australia biasanya berkaitan dengan perkembangan sistem tekanan tinggi di atmosfer di atas Benua Australia yang mendorong masa udara memiliki aliran yang lebih kuat dari biasanya.
Herizal mengatakan wilayah di selatan ekuator, seperti Nusa Tenggara, Bali, Jawa dan Lampung sedang mengalami musim kemarau. Puncak musim kemarau diprediksi akan terjadi pada Agustus.
“Menjelang dan pada puncak musim kemarau, angin monsun Australia dominan mewarnai cuaca Indonesia di wilayah selatan ekuator yang ditandai langit cerah sepanjang hari dan kelembaban rendah,” kata Herizal. (jnp/DAL)/cnnindonesia.com