13 September 2024

Jambi Daily

Media Online Publik Aksara Propinsi Jambi

2 0 7 5

12 min read

Ilustrasi/https://id.quora.com/

Karya Hendry Nursal

 

 

Pemeran:

Lorka : Sombong dan merasa paling berkuasa

Renka : Emosional dan Mau Menang Sendiri

Arka : Pengkhayal, pemimpi, serta diluar dugaan

 

FADE IN

SIRINE MENGGEMA, TERDENGAR SUARA LANGKAH KAKI KADANG BERJALAN PERLAHAN, MENGENDAP DAN BERLARIAN. LALU DIBALIK MINIMNYA CAHAYA JUGA ADA SUARA-SUARA MANUSIA MENYEBUT NAMA LORKA, RENKA SERTA ARKA.

Arka : Nafas ku sesak, tolong aku

Lorka : Penutup hidung dipakai

Arka : Mata ku perih seperti terkena cairan panas, mata ku seperti tertutup awan, tidak bisa melihat jelas

Lorka : (Marah dan bersuara keras) Dasar bodoh pakai kaca mata mu!

 

SIRINE MENGECIL DAN SEMAKIN MENGHILANG

Lorka : sepertinya sudah aman, sirine telah hilang (seolah mendengar suara mesin) jangan bersuara, ada yang datang

Renka : (mendengarkan namun hanyalah hening) Mana? Ahhhh……aku bosan, terus begini sepanjang hari, terus begini sepanjang waktu. Entah sampai kapan, aku tak lagi merasakan perbedaan antara siang dan malam, tak lagi mendengar setiap detak perputaran waktu. Semua terlihat sama!

Lorka : Suara mu!

Renka : Kau siapa, perintah-perintah aku!

Lorka : Suara mu, nanti kita semua akan ketahuan, kita akan terkurung dikegelapan, terkunci diantara mimpi dan khayalan lalu terkubur berteman sepi. Itu kalau masih ada ampun, jika kita melawan maka tamatlah hidup kita

Renka : Aku tak peduli, aku sudah muak! Apa bedanya terkubur berteman sepi, dengan kebebasan terbelenggu rasa takut. Kalaupun ketahuan aku akan melawan. Biarlah mati dalam perlawanan dari pada diam tertindas!

Lorka : Sekali lagi aku peringatkan, kau diam

Renka : Kau melarang aku berbicara?

Lorka : Suara kita telah lama bisu, suara kita telah lama ditelan rasa sakit. Kalau masih mau berbicara setidaknya kecilkan suara mu, selama ini kita bebas karena kita tidak tertangkap, supaya tidak tertangkap? Kecilkan suara mu atau diam saja.

Renka : Tapi……

 

SIRINE KEMBALI TERDENGAR, MEREKA MEMBISU DAN TAK BERGERAK TETAPI ADA CAHAYA MENYOROTI SEBATAS KAKI. TERLIHAT TIGA PASANG KAKI YANG BERJEJER MEMAKAI SEPATU DAN BALUTAN PLASTIK BENING.

TAK LAMA SIRINE MENGECIL DAN MENGHILANG BERIRINGAN DENGAN CAHAYA YANG SEDANG MENYOROTI SEBATAS KAKI

Arka : Apakah semua telah aman,? seaman mimpi ku yang sedang menikmati secangkir minuman hangat, dikelilingi pemadangan bagai Surga, atau duduk bersantai dikayangan sembari menikmati langit biru.

Lorka : Dasar pengkhayal, pemimpi buta, hei bangun kau Arka! Kita belum aman

Renka : Arka, nyalakan listriknya! Tak perlu mengikuti perintah Lorka, macam penguasa saja dia. Kita ini semua sama tidak ada yang lebih bahkan merasa sebagai pemimpin.

Arka : Baik, Nyalakan listrik

Lorka : Padamkan listrik

Arka : Nyalakan Listrik

Lorka : Padamkan listrik

Renka : Apa maksud mu Lorka, kita harus nyalakan listrik agar udaranya kembali pulih. Dengan begitu bisa bernafas tanpa sesak, bisa membuka kaca mata tanpa perih

Lorka : Engkau penyebab semua ini, jika saja kau tidak membuka jendela maka sirine tidak akan berbunyi. Sekarang siapa yang susah, kita semua

Renka : Kau sudah menghapus pendeteksi suara ku, sekarang kalian berdua yang bisa melakukannya

Lorka : Dari pada nanti kau kembali ceroboh, lebih baik kami hapus

Renka : Sekarang apa yang ditunggu, tutup jendelanya lalu nyalakan listrik

Lorka : Selain ceroboh, emosional, mau menang sendiri ternyata otak mu juga korengan

Renka : Apa maksud mu!

Lorka : (tertawa) Jika kita menutup jendela saat ini, maka akan menimbulkan suara keras yang memantik sirine. Jika sirine berbunyi engkau tau sendiri akibatanya nanti

Renka : Lalu kita akan terus begini, terus diam tertindas

Lorka : (tertawa) kenapa baru sekarang kau mengatakan itu? Dari dulu kita sudah tertindas tapi kau diam? Apakah karena perut mu kenyang lantas lupa, lantas tidak menyadari ada yang sedang berkebun di punggung mu, sedang diinjak sepanjang waktu, dijual setiap detik. Senang dengan sekarung beras padahal mereka menghasilkan ratusan karung. Sekarang ketika lapar, ketika sekarung beras itu tak lagi diterima, engkau berteriak sedang tertindas. kenapa baru sekarang kau mengatakan itu?

Renka : Engkau mulai mengungkit sisi buruk ku?

Lorka : Bukan, aku hanya mengingatkan saja. Saat dulu, engkau bahkan tidak menoleh kami.

Renka : Terlau banyak cerita, apa mau mu? (menantang)

Arka : Waktu terus berputar, walaupun kita tak mampu lagi membedakan siang dan malam, teman dan lawan, kata manis dan pahit karena sudah terlena berada diantaranya. Tergiur dengan kesenangan semu, keceriaan sejenak, tak punya sikap dan prinsip yang kokoh. Hanya penganut keuntungan, beragama kepentingan, bertuhan-kan nafsu. Tidak mampu menghadapi harta dan kekuasaan yang datang bagai hujan secara serentak, menghasilkan rakus, tamak, lupa berpijak ke tanah, lupa bahwa dirinya manusia.

Renka : Engkau diam

Lorka : jaga sikap mu Renka!

Arka : Sudah, kalian cukup jangan bertengkar lagi. Tutup Jendela!

 

TERDENGAR SUARA JENDELA TERTUTUP LALU HENING SESAAT

Arka : Nyalakan Listrik

 

LISTRIK MENYALA, TERLIHAT RUANGAN BESAR DENGAN BEBERAPA PROPERTY DAN TIGA TOKOH YANG BERBUSANA TIDAK BIASA

Renka : Itu aman kan, engkau terlalu berlebihan Lorka (sembari membuka pelindung hidung dan kaca mata)

Lorka : iya ya, ini karena situasi benar-benar sudah aman. Tadi masih dalam masa krusial kamu saja yang hampir membuat kita semua menjadi sial

Arka : Andai saja aku adalah penyusun waktu, Maka aku akan menuai kesenangan paling egois di dunia ini, Menunjuk bintang berkelip di langit impian, Aku sendiri tidak pernah bosan mencari setitik warna dikubangan hitam nan kelam

Renka : Aku lelah begini setiap waktu, bumi serasa benar-benar berhenti bergerak

Lorka : sudahlah, jangan terlalu banyak mengeluh, tidak menyelesaikan masalah dengan segala keluh kesah mu

Renka : Terlalu banyak teori, aku bukan lah satu-satunya manusia yang berbuat masalah atas keadaan saat ini. Lihat sungai menguning pekat, lautan kehilangan penghuninya, kemana ikan? Rasakan udara busuk, kemana para burung kini? Buka mata mu bagaimana panasnya langit akibat polusi merajalela bahkan kita tak lagi merasakan sinar mentari pagi karena langit tak lagi cerah telah berubah hitam kelam. Apakah salah saya?

Lorka : Tapi kau turut menikmati

Renka : Menikmati apa maksud mu

Lorka : Makanya jangan mengeluh, ingat apapun yang terjadi saat ini, itu ada sumbangsih perlakuan, ada peran buruk kita juga

Renka : Kita?

Lorka : Iya, sungai menguning dan lautan yang telah kehilangan penghuninya? Limbah, sampah, kotoran itu karena siapa. Udara yang tak lagi bersih? Polusi udara dari pabrik, kendaraan, pencemaran sebegitu besar dan lainnya itu karena siapa. Penggalian besar-besaran terhadap bumi untuk mengejar minyak fosil, segala macam kandungan mineral hingga panas bumi termasuk pembabatan hutan tanpa reboisasi. Pada akhirnya semua itu menyebabkan efek rumah kaca, mengikis lapisan ozon, sehingga bumi semakin panas mencairkan bongkahan es di dua kutub menyebabkan daratan semakin mengecil, belum lagi cuaca menjadi ekstrem

Renka : Dahulu aku hanyalah seorang petani, hari-hari ku ada dikebun tidak melakukan itu semua. Mengapa aku harus ikut merasakan dampak buruknya? Kalau engkau bisa jadi, karena kau dulu seorang pejabat pengambil kebijakan dan berkuasa

Lorka : Namun engkau juga turut menggunakan banyak hal dari itu. Kalau sudah menikmatinya, maka tak perlu menyalahkan dan membantah ketika harus merasakan dampak buruknya

Renka : Tidak semuanya karena aku, sebatas apa kekuatan ku dulu dibandingkan kamu. Saat kamu berkuasa, saat kamu memiliki kekuatan politis adakah berpikir efek yang terjadi saat ini? Engkau hanya berusaha mementingkan hasrat mu sendiri, mementingkan keuntungan untuk diri mu dan kolega mu, kata-kata mu memikirkan orang banyak hanyalah di mulut, hanyalah pemanis agar kedepan kembali dapat berkuasa.

Lorka : Mana bisa aku memutuskannya sendiri!

Renka : Iya, tapi engkau mendukung karena tergiur dengan keuntungan. Engkau hidup diruang sejuk, keluar rumah tanpa terkena debu, tunjuk jari mu menjadi perintah, ucapan mu menjadi bak titah raja. Sekarang dengan seenaknya engkau menyebut ini kesalahan kita bersama!

Lorka : Betul, setidaknya ada sumbangsih kita. Tidak hanya aku, kau dan dia juga ikut jangan engkau membantah itu! (terdiam sejenak) Belum lagi hasrat manusia menguasai dunia, hasrat menjadi terdepan, hasrat menjadi satu-satunya terkuat. Maka berlomba-lomba negara-negara besar menggali bumi tanpa batas, mencari sumber energi, ketika sudah menipis saat ini? Energi terbarukan juga tidak ada artinya lagi, dulu kita hanya disibukkan memakai energi kotor yang ciptakan panas sehingga hancurkan pelapis ozon. Setelah semakin minim, sumber energinya dikuasai hanya satu pihak. (terpikirkan sesuatu) Apa engkau mengerti apa yang menyebakan perang?

Renka : Aku tidak peduli itu, aku hanya paham berkebun

Lorka : Perang terjadi karena ingin menguasai dan menjadi tak terkalahkan, ya nafsu manusia untuk mencapai kejayaan. Maka terciptalah senjata-senjata pembunuh dengan alibi sebagai alat pertahanan diri. Contohnya Nuklir, senjata yang paling berbahaya di muka bumi. Hanya satu ledakan bisa menghancurkan seluruh isi kota, membunuh jutaan jiwa, dan memusnahkan ekosistem. Nuklir berbahan dasar Uranium, tidak semua negara yang buminya terkandung logam tersebut. Akhirnya dengan segala cara untuk menguasainya melalui pendekatan politis, ekonomi, sosial dan sebagainya. Ketika berhasil maka penggalian besar-besaran terjadi, itu berefek pada alam, kini kita merasakan dampak itu.

Renka : Tapi kita tidak ada peperangan

Lorka : Semakin canggih pengetahuan, perang tidak selamanya ditandai dengan ledakan atau senjata kimia, bisa juga dengan senjata biologis.

Renka : Kamu udah mirip Arka, pengkhayal

Lorka : Maksud mu

Renka : Kisah perang, itu sudah masa lalu

Lorka : (tersenyum) perang tidak selama fisik ada juga non fisik, perang teknologi tanpa ledakan dan korban jiwa langsung namun melemahkan perekonomian, melumpuhkan pertahanan. Sehingga menyebabkan kemiskinan, kelaparan akhirnya kematian secara perlahan. Saat ini hanya ada penguasa tunggal di bumi, bersama pasukan robot yang canggih.

Renka : Jika ingin melemahkan pasukan itu, hanya ada satu cara yaitu meruntuhkan puncak pemimpin, sang raja, sang kaisar tertinggi

Lorka : (tertawa) ternyata kau juga sama dengan Arka, khayalan mu mustahil (mendengar sesuatu) diam ada yang berjalan dibalik dinding

Renka : (termenung) Kita kembali ke zaman batu, terkuat berkuasa, mereka bersiap menjadi Tuhan

Lorka : Kita bisa berkata apa saat ini, kecuali berusaha bertahan hidup

Arka : Bumi telah hitam, langit tak lagi cerah, lautan membiru sepi, udara menjadi pencekik manusia

Renka : Hentikan kata-kata bias mu melontarkan makna ganda! Sibuk saja memikirkan nilai-nilai estetik, bersandiwara dalam setiap ucapan. Apa mata mu sudah buta, tidak melihat realita saat ini,? kita di tahun 2075 Bung! (bersuara keras) Tidak ada penonton disini jangan berharap tepuk tangan.

 

SIRINE BERBUNYI KENCANG

Lorka : Pakai kaca mata dan penutup hidung segera

Arka : Padamkan Listrik

 

TAK LAMA SIRINE KEMBALI MENGHILANG

Arka : Nyalakan Listrik! Hidup sepenuhnya sandiwara, sebatas mata tersilap dalam keindahan, sebatas mimpi.

Renka : Cukup, kau terlalu sibuk dengan dunia mu sendiri. Pernahkah kau berpesan pada penonton mu akan tragedi saat ini dan akan datang? Padahal penonton mu mulai dari mereka yang ingusan hingga tua bangka, mulai para kaum pailit hingga elit, mulai dari awam hingga pejabat

Arka : Hanya Tuhan penguasa sekalian alam yang memegang rahasia akan datang

Renka : Tapi ingat daya imajinasi mu, seharusnya mampu menembus waktu, menembus ruang, menembus diluar logika. Bahkan memanusiakan manusia menjadi efek akhir, dengan begitu kehalusan rasa, sensitif terhadap alam, lingkungan sosial akan terpupuk. Nyatanya kau mengejar kesenangan batin, ya hanya untuk diri mu sendiri

Arka : kau salah menilai ku

Renka : Kau merasa puas terhadap tepuk tangan semu, senang berada diantara pujian bahkan makian

Lorka : Hentikan Renka!

Renka : Kalian berdua memiliki peran besar, aku hanyalah pengais rezeky dibawah terik untuk sesuap nasi bukan dibalik meja nyentrik lalu menghabiskannya diantara lampu gemerlap

Arka : (Marah) kau menilai tanpa melihat, kau menghujat tanpa mendengar, Aku terus memberikan pesan kepada penonton walau kecil tapi jelas mengingatkan mereka atas tragedi hari ini dan akan datang. Aku sibuk dengan dunia sendiri namun ada penonton didepan ku, ada yang dia dengar, rasakan dan lihat! Mustahil satu persen saja pesan tak diingatnya, satu persen berarti dan itu memberikan manfaat. Kau hanya memikirkan perut sendiri, tanpa peduli apa yang terjadi di luar sana. Hanya protes saat merasa rugi, diam saat mendapatkan jatah, berceloteh jika tak dilibatkan, bungkam saat diuntungkan. Jelas semua retorika mu juga sandiwara, juga palsu demi nafsu

Renka : Iya wajar aku hanyalah seorang petani dan berkebun di lahan sendiri

Arka : Petani? (tertawa) berkebun di lahan sendiri, atau berkebun di punggung kami?

Renka : Tuduhan kasar dan tidak mendasar, kau sudah kelewatan (marah dan akan memukul Arka)

Lorka : Berhenti! Jangan merasa paling tersakiti, merasa bersih, merasa benar, kita semua bersalah, paham! Apapun kita dahulu, tidak melihat kah? Kita berada di tahun 2075 bukan 1995, kini Robot menjadi penegak hukum, sistem menjadi kitab dan mesin telah menjadi Tuhan.

Renka : Mereka yang salah bukan kita

Lorka : Tak perlu lagi menyalahkan, tak ada gunanya, intinya adalah kesombongan dan angkuhnya manusia

Renka : Kita kini bahkan tak bisa lagi melihat keluar, tak lagi bisa duduk bersantai di taman sembari mendengar kicauan burung, tak lagi bisa menyaksikan deburan ombak dan menikmati hangatnya mentari serta sejuknya hembusan angin pantai

Arka : Bertahan disini, mempertahankan ruang ini membosankan namun inilah cara supaya kita bisa bertahan hidup, terpaksa kita genggam bara api

Renka : Masih saja mengkhayal kau Arka (melempar suatu benda ke dinding)

 

SIRINE BERBUNYI KENCANG DAN SUARA DESINGAN MENYERUPAI PESAWAT

Lorka : Pakai kaca mata dan penutup hidung segera

Arka : Padamkan Listrik

 

LANGKAH KAKI BERGEROMBOL DAN PINTU DIKETUK KERAS, SEMENTARA LORKA, ARKA, RENKA HANYA BERDIAM DIRI TANPA SUARA. KETUKAN MENGHILANG LANGKAH KAKI MENJAUH, LALU KEMBALI SUNYI

Arka : Nyalakan listrik

Lorka : Lihat perbuatan mu, kita hampir saja terdeteksi dan ketahuan. Ingat jangan menimbulkan suara terlalu keras terutama adanya benturan benda, sirine akan berbunyi.

Renka : Lebih dari penjara!

Lorka : Bisa bilang apa?

Renka : Tak boleh bersuara keras, tak bisa membuka jendela, tak boleh ada benturan benda

Lorka : Semua ini kita yang membangunnya, kita yang membuatnya menjadi sangat kokoh, kitalah penyebab, kita juga penerima akibat

Arka : Ku tuang garam di cawan nestapa hingga meruah, di altar pembaringan sang durga, yang menyeringai gelap, menerawang. Angkara bukan salah ku, luka menganga, goresan gurat yang tersentuh bencana

Renka : Aku muak dengan khayalan mu

Arka : gelap bukan di malam hari, duduk di taman merindu kicau burung, berbaring di pinggir pantai tanpa ombak, berjalan di gurun yang kehilangan desiran angin

Renka : (mendekati Arka) Pengkhayal seperti mu tak perlu lagi hidup, kita butuh tindakan nyata bukan hanya sekedar kata (mencekik Arka)

Lorka : Hentikan Renka!

 

KERIBUTAN TERUS BERLANGSUNG, RENKA TIDAK MELEPASKAN ARKA SAMBIL MEMEGANG SATU BENDA. AKHIRNYA LORKA EMOSI YANG TIDAK TERTAHANKAN, DIA MENGHANCURKAN SERTA MELEMPARKAN PROPERTY AGAR RENKA BERHENTI

RENKA TAK PEDULI, MENYEBABKAN SIRINE BERBUNYI KERAS DAN SOROTAN CAHAYA, TERLIHAT RENKA DAN ARKA MEMEGANG BENDA KERAS

Arka : (berteriak) akulah hidup tersembunyi dari rasa seduhannya, terbuai dari aroma kehitamannya

 

CAHAYA SEMAKIN TERANG, DAN LEDAKAN KERAS

 

FADE OUT

T A M A T

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

53 + = 61