27 Juli 2024

Jambi Daily

Media Online Publik Aksara Propinsi Jambi

Cerpen Yanto bule “Ublik Ari Ari”

4 min read

ilustrasi

Tangis bayi memecahkan heningnya malam , tangisan orok berjenis kelamin laki laki begitu kencang dan membuat seisi rumah segera terbangun,dan berlari menuju kamar Simbok, yang di dalamnya ada yu Juriyah .

Semenjak siang yu Juriyah, sudah merasakan perutnya tidak enak, bahkan tendangan kaki bayi di dalamnya makin keras dan sering kontraksi, sementara kang Dalimin sudah panik, cepat cepat memanggil Mbah kunting dukun bayi yang melayani warga desaku.

Di kamar Simbok, sudah berbaring yu Juriyah sambil mengerang menahan sakit, sementara air ketuban sudah pecah, menurut Mbah kunting sudah pembukaan 9, dan di perkirakan tidak akan lama lagi jabang bayi akan lahir.

Bagi kang Dalimin, menanti kelahiran anak pertamanya sangatlah menggusarkan hatinya, sebab dua tahun menikah baru di kasih momongan dan itupun banyak sekali permintaan dari yu Juriyah selama nyidam.

Setiap hari yu Juriyah meminta, untuk di Carikan jambu air, padahal lagi musim kemarau, tentu saj permintaan yang harus di turuti kang Dalimin, usai pulang dari ladang kang Dalimin harus keliling dengan sepeda onthel miliknya dari dusun ke dusun lainnya, kebetulan di satu rumah milik Lik kus,ada poton jambu air tapi masih puting jambu dan masih hijau, tapi karena permintaan yu Juriyah maka buah jambu yang masih baru jadi buah di bawa pulang.

Yang bikin kang Dalimin kesal, di tengah malam yu Juriyah meminta di Carikan buah pir, sementara buah buahan baru ada jika hari pasaran di kampungnya, semalaman yu Juriyah menangis merengek seperti anak kecil meminta buah pir, dengan terpaksa kang Dalimin meminjam motor milik pak Kadus juwani untuk menuruti permintaan istrinya.

Butuh setengah hari kang Dalimin ke kota, membeli buah pir, eh..sampai di rumah yu Juriyah sudah tidak mau memakan buah pir yang di belinya dari pasar, hari kang Dalimin dongkol campur geli, semalaman nangis sudah dapat buah pirnya malah tidak di sentuh sama sekali.

Dengan cekatan tangan Mbah kunting, membersihkan bayi yang baru lahir tubuh mungil bayi laki-laki di jungkir balik sembari di pukul pelan di bagian punggung, agar sisa air ketuban yang masih di dalam mulut bayi bisa keluar semua, setelah di bersihkan dan di bedong, bayi kecil berkulit putih di letakan di kasur kecil di sebelah yu Juriyah.

Betapa bahagianya yu Juriyah, melihat anak buah cintanya lahir dengan selamat, kang Dalimin di minta untuk mengazani di telinga anak laki lakinya, suaranya mantap penuh suka cita mengazani bayinya, senyum bahagia juga di rasakan Simbok yang setia menunggu proses kelahiran cucunya.

” Min, kuburkan saudara anakmu ini di dekat rumah”
” Baik Mbah, Ari Ari ini di kuburkan di mana baiknya Mbah”
” Di depan rumah saja, kamu masukan Ari Ari anakmu ini ke dalam batok kelapa, kemudian di kubur ,jangan lupa di kasih lampu ublik biar terang”

Kang Dalimin bergegas mencari cangkul di belakang dapur rumah Simbok, dengan membawa batok kelapa berisi Ari Ari anaknya,Kang Dalimin mulai mencangkul tanah di sebelah rumahnya.

” Lampu ini harus tiap malam kamu hidupkan ya min” ungkap Simbok.
” Ya mbok, saya hidupkan dan ini sudah saya kasih pagar dari tajuk bambu mbok, biar tidak ada yang mengorek kuburan Ari Ari anaku”
” Kamu harus tau min, jika lampu Ari Ari anakmu tidak kamu hidupkan, pasti anakmu nangis Sepajang malam, sebab menurut keyakinan keluarga kita ,Ari Ari adalah saudara sedulur papat yang menemani anakmu sampai mati”
” Jadi, jangan sampai tidak hidup,apalagi tanahnya ada yang gali, kamu harus jaga juga ya, ”
” Ya mbok, saya bakal hidupkan lampu ublik ini sepanjang malam dan tak jaga”

Dari cerita Simbok, jika Ari Ari dan anak yang di lahirkan merupakan saudara yang saling menjaga,bahkan jika anak yang lahir dengan kalung usus maka sudah pasti anaknya bakal jadi orang yang di sukai orang banyak, serta jika memakai pakaian apapun akan selalu pantas di kenakan.

Bukan itu saja ,Simbok bilang jika Bayu lahir dengan terbungkus harus di belah dengan padi, agar anak yang lahir jadi orang hebat dan pintar, itulah cerita simbok yang membuatku sangat bersyukur anak pertamaku lahir dengan selamat.

Lampu ublik ,yang di hidupkan setiap malam terus bergoyang di tiup angin yang menerobos kaca lampu, tidak memadamkan semangat kang Dalimin untuk menjaga anaknya.

Lamat lamat, suara tangisan anak kang Dalimin memecah hening malam, bergegas kang Dalimin yang tengah berselonjor di kursi dipan kayu rumah Simbok,mendekati kasur anaknya, terlihat yu Juriyah tengah menganti popok dan menyusui anak laki laki sehat dengan suara keras tangisnya.

” Kamu akan jadi anak lelaki hebat, berparas gagah dan pintar seperti yang di ceritakan simbokmu le”

Angin malam menelusup masuk ke dalam kamar, selimut tebal perlahan menutupi tubuh mungil anak lelaki yang tertidur nyenyak.

Sanggar imaji Pamenang Desember 2023

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

49 − = 41