16 November 2024

Jambi Daily

Media Online Publik Aksara Propinsi Jambi

Senyum Bocah Perempuan di Kota Jambi Sembunyikan Kanker, Arda Menantikan Darmawan

7 min read

Arda Safitri Darma/Foto: perisainews.co

JAMBIDAILY PERISTIWA – Perjuangan Arda Safitri Darma, menggugah rasa dan menguras air mata. Orang tuanya tak memiliki kemampuan biaya pengobatan dan kini harus berjuang hidup melawan penyakit Leukemia Mieloblastik Akut (AML) atau sejenis kanker darah.

Arda Safitri Darma hanya bisa terbaring lemah dirumahnya. Mulai dari bibir dan gusi nya keluar darah, tubuhnya yang mengurus, serta kaki tak mampu lagi berjalan, membuat kondisi Arda dirawat dirumah semakin buruk.

“Bapak, kami disini bukan orang kaya, saya hanya ibu rumah tangga yang harus rawat dan jaga anak saya. Suami saya hanya pekerja bangunan, apalagi dia juga tidak bekerja lagi sesama PPKM ini diberlakukan. Kami harus cari uang dari mana buat pengobatan anak saya, kami mohon bapak mau membantunya,” ujar Safitri, Ibunda Arda yang penuh harapan.

Silahkan berkomunikasi, bagi anda yang terketuk hatinya untuk membantu pengobatan Arda melalui, Ponsel o831-7116-9221

Berbagai media melansir seperti perisainews.co dan detik.com (Kamis, 25/08/2021) melaporkan sebagaimana dikutip jambidaily.com, Arda buah hati pasangan Bagus Eskadarma (36) dan Safitri (29), warga Kelurahan Beliung Indah, Kecamatan Alam Barajo, Kota Jambi itu, kini hanya menghabiskan waktunya setiap hari dengan perawatan seadanya di rumah.

Saat ini, kedua orang tua Arda hanya bisa berharap agar ada orang orang baik yang berkenan membantu pengobatan anaknya untuk kembali sembuh seperti anak anak lainnya.

Begitu panjang perjalanan dan upaya untuk penyembuhan Arda Safitri Darma, sejak usianya beranjak 4 tahun, Arda mulai merasakan sakit berkepanjangan hingga kemudian diagnosa mengidap Leukemia mieloblastik akut.

Sejak mulai sakit, Safitri yang hanya merupakan ibu rumah tangga (IRT) serta suaminya Bagus sebagai kuli bangunan, harus menghabiskan uang tabungan agar dapat menyembuhkan anaknya itu.

Berbagai upaya mulai dilakukan oleh kedua orang tua Arda, mulai dari membawa Arda berobat ke Rumah Sakit hingga harus menjual segala harta yang mereka punya. Tubuh Arda yang terus mengurus dan matanya yang mulai membengkak, membuat orang tua Arda harus berjuang sekuat tenaga, agar anak tercintanya itu bisa segera sembuh.

Sejak alami sakit pada Agustus 2020 lalu, Arda telah dirawat di 3 Rumah Sakit di Jambi, baik dari Rumah Sakit Swasta hingga Rumah Sakit milik Pemerintah Provinsi Jambi. Selama pengobatan, kedua orang tua Arda yang pada saat itu tak memiliki BPJS kesehatan harus membayar seluruh perawatan Arda dengan biaya tak sedikit.

“Awalnya anak saya ini demam berkepanjangan, setiap persendiannya bengkak dan berat badan terus berkurang, timbul benjolan di selangkangan, di sendi tangan serta bawah dagu, hingga dibawah mata bengkak bahkan sampai tidak bisa berjalan lagi,” kata Safitri sambil meneteskan air mata nya, Kamis (5/8/2021).

Berbagai upaya kesembuhan terus dilakukan oleh orang tuanya Arda. Segala harta yang mereka punya kini juga sudah habis terjual. Uang tabungan yang telah mereka kumpulkan, juga sudah mereka gunakan demi kesembuhan anak tercintanya itu.

Namun upaya itu sia-sia, tubuh Arda kian hari kian mengurus, sakit yang di derita Arda pun makin mulai parah, hingga Arda disarankan untuk kemoterapi dan juga radiasi penyinaran, akibat sel kanker darah anaknya sudah menyebar ke bagian kepala.

“Saya awal itu membawa anak saya ke Puskesmas terdekat, karena keadaannya tidak membaik lalu kami bawa lagi ke Rumah Sakit di Jambi ini, sudah tiga Rumah Sakit waktu itu kami bawa dengan biaya umum dan belum menggunakan BPJS. Setelah itu kami disarankan untuk urus BPJS, dan melakukan tes Lab di Rumah Sakit lanjutan yaitu Rumah Sakit Umum pusat Muhammad Hussein Palembang,” ujar Safitri

Setelah menjalani lab, tepat Februari 2021 lalu hasil lab anak Safitri itupun akhirnya keluar, Arda yang sudah menderita penyakit kanker darah harus segera rutin menjalani kemoterapi dan juga radiasi penyinaran.

Selama menjalani kemoterapi dan rangakain pengobatan, tubuh mungil serta kondisi yang sudah lemah, membuat kesehatan Arda berkurang.

Safitri bercerita, kondisi Arda yang lemah membuat trombosit dan sel darah merah mulai naik. Hal itu, lantaran Arda mengalami demam metropenia yang terkadang sesekali mengalami pendarahan di bibir dan gusinya.

Selama pengobatan, Arda juga selalu menjalani transfusi darah merah dan juga trombosit untuk membuat anaknya bertahan melawan kanker darah. Namun pengobatan itu harus rutin dilakukan agar penyakit kanker darah Arda tak terus menggerogoti tubuh mungilnya itu.

Terkadang, Safitri acap kali meneteskan airmatanya tiap saat melihat kondisi anak ketiga dari empat saudara itu. Ia bahkan merasa tak tega kala harus melihat penderitaan sang anak yang hanya bisa terbaring lemah dan harus dilakukan pengobatan diluar Jambi.

Semenjak Pandemi Corona mulai meningkat, perjalan pengobatan Arda terkadang harus terhambat, lantaran sang ayah Arda yaitu Bagus mulai tak lagi bekerja. Kondisi keuangan yang mulai menipis yang dirasakan mereka, membuat mereka bingung untuk dapat membawa Arda kembali menjalani pengobatan.

“Kalau waktu itu memang virus Corona ini sudah ada, tetapi pada akhir-akhir ini apalagi adanya PPKM ini kan semua pada sulit, mana suami saya kini tak lagi bekerja lantaran pengerjaan pembangunan dihentikan. Lalu uang buat kami berangkat ke Palembang untuk Kemotrapi Arda juga sekarang tidak ada. Meski uang pengobatan Arda dibantu BPJS, tetapi buat berangkat Jambi-Palembang dan biaya disana itu yang kami tidak miliki lagi,” ujar Safitri.

Apalagi, saat ini Safitri dan Bagus sudah tak lagi tinggal dirumah kontrakannya, mereka mesti tinggal dirumah sepupunya lantaran tak memiliki uang lagi setelah harus pulang-pergi membawa Arda berobat.

Jangankan membawa Arda berobat, buat makan sehari-hari saja mereka bahkan sulit. Saat ini, Safitri dan Bagus sudah kehabisan harta yang mereka punya, uang tabungan yang mereka kumpulkan sejak dulu bahkan sudah tak lagi tersisa, karena keinginan mereka buat kesembuhan anaknya itu.

“Kami tak punya uang lagi, suami sudah tak lagi bekerja, namanya buruh pekerja bangunan yang kadang ada kerja, kadang tak ada kerja lagi, apalagi kondisi PPKM ini, suami saya malah tak sama sekali bekerja, itu yang membuat saya bingung. Di satu sisi kami harus jaga Arda yang kondisi tubuhnya harus dalam perawatan ekstra, sisi lain kami butuh uang buat pengobatannya, uang kami saat ini sudah tidak ada lagi,” terang Safitri sambil menangis meratapi kehidupannya itu.

Bahkan, selama mereka tinggal dirumah sepupunya, Safitri dan Bagus harus sesekali berupaya meminjam uang kesana-kemari. Uang pinjaman itu nantinya digunakan mereka hanya untuk membawa pengobatan Arda serta kebutuhan lainnya.

Tidak hanya itu saja, selama Arda harus jalani pengobatan, Safitri mengaku tak ada sama sekali sedikit bantuan pemerintah yang mereka dapatkan.

Selama ini, untuk dapat membawa Arda berobat, mereka mengandali bantuan sumbangan para relawan yang berniat membantu pengobatan Arda.

Suaminya Bagus kini juga harus berupaya mencari uang kesana kemari sejak tak lagi bekerja di masa PPKM ini, dan Safitri kini hanya bisa merawat Arda dengan seadanya lantaran tak ada biaya lagi buat Arda pergi berobat.

“Dulu adalah yang bantu, dari kerabat, keluarga, sumbangan warga setempat dan ada juga sumbangan dari bapak Kapolresta Jambi, bapak Dover. Tetapi jujur, uang itu kami gunakan buat biaya pulang-pergi, lalu biaya tinggal selama masa pengobatan Arda. Mana untuk pulang-pergi kami juga harus habiskan uang buat biaya Swab, lalu belum biaya uang membeli obat, atau biaya sehari-hari tinggal di Palembang menjagai Arda,” kata Safitri.

“Selama Arda berobat dari bulan Februari 2021 di Palembang, biaya bantuan itulah yang kami gunakan. Tetapi saat ini, kami sudah tak bisa lagi membawanya, karena uang kami sudah tidak ada lagi, walau ada uang sedikit, kami juga harus hidupkan tiga anak kami lainnya, maka sementara kami harus rawat Arda semampu kami dirumah,” sebutnya.

Kini permasalahan faktor ekonomi lah yang membuat penyembuhan Arda sering terhambat. Dengan penghasilan orang tuanya yang tak menentu tidak memungkinkan mampu membawa Arda untuk berobat dan mendapatkan perawatan yang semestinya.

Safitri hanya bisa berharap, agar sang anak lelakinya itu bisa dibantu penyembuhannya, agar sakit yang anaknya alami dapat diobati dengan maksimal.

“Memang kalau berobat itu dibiayai BPJS, tetapi BPJS juga mesti dibayar, lalu kebutuhan anak lainnya juga harus dipenuhi, dan biaya bawa berobat kesana kemari juga harus dikeluarkan, mana kondisi PPKM ini, adapun uang malah tak cukup jika mesti bawa Arda kembali berobat ke Palembang lagi. Tolong Pak Gubernur Jambi, bapak yang baru saja dilantik, agar mau berkenan hadir melihat kondisi anak kami, kami mohon bapak bisa membantu, setidaknya membantu dimana jalan yang baik buat anak saya bisa diobati,” kata Arda sambil mengharapkan pemimpin daerah Jambi bisa terketuk hatinya. (*/)

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

29 − 26 =