Gak Perlu Lama-lama, Segini Durasi Hubungan Seks yang Bisa Bikin Pasangan Puas Bareng
2 min readJAMBIDAILY INTIM, Kesehatan – Hubungan seks yang memuaskan bagi tidak harus dilakukan dalam durasi lama yang panjang. Sebab, bercinta terlalu lama justru malah berisiko sebabkan organ intim jadi lecet. Dari hasil survei di Amerika Serikat dan Kanada, nyatanya hubungan seks selama beberapa menit pun sudah cukup membuat pasangan puas.
Peneliti Penn State Erie Eric Corty dan Jenay Guardiani melakukan survei terhadap 50 anggota penuh Society for Sex Therapy and Research. Penelitian itu meliputi psikolog, dokter, pekerja sosial, terapis pernikahan atau keluarga, dan perawat yang secara kolektif telah menangani ribuan pasien selama beberapa dekade.
Sekitar 68 persen dari responden survei memberikan jawaban mereka terkait rentang waktu untuk melakukan hubungan seksual yang ideal. Mulai dari penetrasi vagina dengan penis hingga ejakulasi, yang mereka anggap memadai, diinginkan, terlalu pendek, dan terlalu lama.
Rata-rata terapis menentukan rentang waktu aktivitas hubungan intim dengan kategori cukup yang artinya penetrasi terjadi selama dari tiga hingga tujuh menit. Kategori penetrasi terlalu pendek antara satu hingga dua menit. Penetrasi terlalu lama antara 10 hingga 30 menit. Sedangkan kategori yang diinginkan sebenarnya sekitar tujuh hingga 13 menit.
“Interpretasi seorang pria atau wanita mengenai fungsi seksualnya serta pasangannya bergantung pada keyakinan pribadi yang dikembangkan dari opini di masyarakat,” kata para peneliti dalam Journal of Sexual Medicine, dikutip dari PSU Education.
Akan tetapi, para peneliti mencatat kalau budaya populer saat ini telah memperkuat stereotip tentang aktivitas seksual. Banyak pria dan wanita tampaknya mempercayai model fantasi dengan penis besar, ereksi sekeras batu, dan hubungan intim yang lama sepanjang malam.
Penelitian sebelumnya juga menemukan bahwa kebanyakan pria dan wanita yang menginginkan seks berlangsung selama 30 menit atau lebih.
“Ini tampaknya merupakan situasi yang menimbulkan kekecewaan dan ketidakpuasan,” kata penulis utama studi tersebut, Eric Corty, yang juga merupakan profesor psikologi.
“Melalui survei ini, kami berharap dapat menghilangkan fantasi tersebut serta mendorong pria dan wanita dengan data realistis tentang hubungan seksual yang dapat diterima, sehingga mencegah kekecewaan dan disfungsi seksual,” imbuhnya.
Penelitian mereka juga mempunyai implikasi terhadap pengobatan orang-orang yang mempunyai masalah seksual.
“Jika seorang pasien khawatir tentang berapa lama hubungan seksual harus berlangsung, data ini dapat membantu mengalihkan perhatian pasien dari kekhawatiran tentang gangguan fisik dan pada awalnya ditangani dengan konseling, bukan dengan obat-obatan,” kata Corty. (*/suara.com)