16 November 2024

Jambi Daily

Media Online Publik Aksara Propinsi Jambi

Per-Temu-an Teater Jambi: Pe-Ramu-an Senter Apresiasi

6 min read

DR Racman Sabur, tampil Monolog di Gedung Teater Arena TBJ (Rabu, 14/10/2020)/Foto: JambidailyDOTcom

Oleh: Ady Santoso

Perjalanan Teater, sejatinya Memerlukan Senter

Sebagaimana peristiwa perjalanan, yang akan selalu dimulai dari titik pemberangkatan untuk sampai kepada titik tujuan. Hal yang kemudian menjadi menarik atau bahkan yang akan berkesan dari peristiwa tersebut ialah bukan kepada telah sampainya kita di titik tujuan, namun kepada segala peristiwa ketidakpastian atau bahkan ketidakterdugaan yang barangkali kita temui dan alami selama perjalanan. Pun semisal seperti tiba-tiba kita tersesat di dalam perjalanan, dimana bisa jadi kita tersesat ketika awal mula perjalanan, di tengah-tengah perjalanan, atau bahkan bisa jadi ketika hendak sampai tujuan. Namun barangkali seperti yang pernah saya alami, dimana kemudian kini peristiwa tersesat di dalam perjalanan itu menjadi salah satu pengalaman berkesan dan bahkan sampai sekarang telah menjadi kenangan yang takkan pernah terlupakan.

Teater sebagai sebuah peristiwa perjalanan, dimana pelaku dan penonton menjadi bagian dari proses perjalanan tersebut, ialah mereka yang kemudian menghidupkan peristiwa peristiwa teater. Bagi penonton barangkali peristiwa teater yang mereka alami ialah ketika menonton pertunjukan teater tersebut, namun lain hal bagi pelaku, dimana peristiwa teater akan dimulai ketika ia menginjakkan kaki pada proses kesepakatan untuk membangun suatu pertunjukan. Pelaku yang saya maksud disini bukan hanya pemeran dari tokoh dalam pertunjukan teater yang akan disuguhkan, namun juga pendukung dari pertunjukan teater. Sebutlah mulai dari pendukung di bagian penerima tamu undangan, penata panggung pertunjukan, penata rias dari pemeran, hingga pemandu para penonton untuk dapat duduk menempati bangku yang telah disediakan agar tata tertib pertunjukan dapat sama sama kita rasakan.

Menjadi suatu keniscayaan adalah bahwa dalam menghidupkan peristiwa teater kita tidak menyinggung perihal sosiologi, antropologi, psikologi, komunikasi, filsafat, seni rupa, dan kini juga mulai bersinggungan dengan penggunaan teknologi. Hal tersebut saya ungkapkan sebagaimana yang dinyatakan oleh Saini KM dalam bukunya Peristiwa Teater, bahwa teater sebagai ilmu, seni, dan keterampilan, lebih lanjut bahwa teater adalah sebagai lembaga pendidikan. Dari sinilah kemudian saya mengkaitkan antara judul tulisan Per-Temu-an Teater Jambi: Pe-Ramu-an Senter Apresiasi dengan penggambaran sebuah peristiwa perjalanan. Dimana bisa jadi dalam sebuah peristiwa perjalanan kita akan menemui atau bahkan mengalami hal-hal tidak terduga sebelumnya, semisal seperti kita tersesat hingga malam hari di tengah hutan yang tidak ada sumber cahaya selain terang bulan misalnya, maka kita akan membutuhkan alat penerang lain yang tentunya sebelum perjalanan hendaknya kita siapkan terlebih dahulu, seperti senter.

Senter sebagai alat penerang jalan, sangat dibutuhkan agar kita dapat mengetahui segala benda-benda yang ada di sekitar, sehingga walaupun dalam gelap malam kita akan tetap berjalan menyusur ke arah titik tujuan dengan meminamilisir berbagai hambatan atau bahkan menghindari kecelakaan. Seperti itulah saya mencoba untuk menganalogikan peristiwa teater yang kini tengah berlangsung di Taman Budaya Jambi (TBJ) dari sebuah kegiatan yang bernama Temu Teater Jambi. Peristiwa teater yang melibatkan 10 grup teater se-Provinsi Jambi, yang telah dibuka dan dimulai 1 hari lalu, pada 21 November hingga 4 hari kedepan, sampai 25 November 2022.

Peristiwa teater yang sejatinya menurut saya mampu untuk kemudian dijadikan sebagai senter bagi pelaku dan penonton dari peristiwa teater di Jambi. Senter yang kemudian menjadi alat sebagai penerang konsep pertunjukan, dimana pengetahuan, wawasan, gagasan, tawaran dari adanya percakapan percakapan antara dikalangan pelaku teater, pemangku kepentingan (Pengelola TBJ/ Pemerintah Daerah Provinsi Jambi), dan penonton, dimana tentunya hasil dari percakapan tersebut bukan hanya sekedar selesai dalam percakapan, namun juga berlanjut ke dalam dokumentasi-dokumentasi berupa tulisan tulisan, ulasan ulasan, bahkan tindakan tindakan kelanjutan dari peristiwa yang sedang berlangsung yang sejatinya dapat menumbuhkembangkan apresiasi seni teater khususnya di Provinsi Jambi.

Temu Ramu, mengumpulkan Apresiasi Teater Jambi

Temu Teater Jambi adalah sebuah peristiwa pertemuan, antara teater dengan masyarakat, pelaku dengan penonton, atau bisa juga antara pelaku dengan teater, atau penonton dengan teater, dimana yang saya maksudkan disini adalah pertemuan yang didalamnya terdapat percakapan ruang intelektual dari setiap pertunjukan yang disajikan. Saya sendiri mengutip dari artikel berita yang termuat di JambiDaily.com pada Senin, 21 November 2022 berjudul “Temu Teater Jambi 2022, Resmi Dibuka Kepala Disbudpar Provinsi Jambi”, dalam artikel itu termuat pernyataan dari Bapak Eri Argawan selaku Kepala TBJ bahwa ia menyampaikan harapan dari kegiatan ini agar tercapainya silahturahmi intelektual. Kutipan pernyataan tersebut sejatinya dapat kemudian untuk menjadikan peristiwa Temu Teater Jambi ini bukan hanya berupa sajian pertunjukan teater, namun juga pertemuan gagasan, bacaan, wawasan, pencarian, hingga tawaran dari grup grup yang mewakili wilayah se-Provinsi Jambi.

Seperti sebuah pertemuan, dengan kata dasar temu, dimana peristiwa pertemuan setidaknya dihadiri sekurang-kurangnya 2 pihak (2 orang) yang kemudian bertemu, dan pasti akan ada peristiwa kembali atau pulang atau bisa secara sederhana saya sebut berpisah. Namun bukan sebuah pertemuan saja yang tentunya kita harapkan apabila kita berada di dalam peristiwa pertemuan, juga tentunya kita mengharapkan ada manfaat dari pertemuan tersebut yang dapat kita bawa pulang sebagai oleh-oleh penambah pengetahuan. Pun dengan peristiwa Temu Teater Jambi ini, sejatinya bukan hanya menjadi sekedar wadah kumpulan pertunjukan dari masing-masing perwakilan daerah di Provinsi Jambi, namun juga sejatinya dapat menjadi peristiwa peramuan untuk menumbuhkembangkan berbagai gagasan teater di Provinsi Jambi. Gagasan teater yang tentunya tidak bisa dilepaskan tanpa adanya sebuah pertanggung jawaban yang kemudian didiskusikan melalui sebuah symposium atau bisa juga berupa seminar ataupun bisa berupa sarasehan, yang dimana melalui kegiatan tersebut terbangunglah pembentukan masyarakat yang berintelektual.

Sebagai bagian dari sejarah masyarakat Indonesia yang menjadi peramu, dimana kegiatan meramu ini identik dengan kegiatan mengumpulkan bahan-bahan bisa berupa akar-akar, kayu-kayu, daun-daun yang kemudian dijadikan sebagai bahan bangunan, bahan makanan, ataupun bahan obat-obatan. Pertemuan teater se-Provinsi Jambi ini, menurut pandangan saya dapat dijadikan sebagai wahana peramuan dari pelaku teater, pemangku kepentingan, dan penonton untuk bahan peningkatan apresiasi seni khususnya teater di Provinsi Jambi. Pandangan Saya tersebut didasari dari geliat yang mulai terlihat pada grup-grup yang mengisi pertunjukan di kegiatan tersebut, hampir separuhnya merupakan grup yang berasal dari Lembaga Pendidikan, Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) dan Perguruan Tinggi, hal ini tentunya perlu penyikapan yang lebih serius dalam artian upaya untuk meningkatkan kesadaran apresiasi seni teater di kalangan masyakarat sekolahan.

Kesadaran apresasi seni, teater khususnya perlulah kerjasama dari berbagai pihak, seperti Sanggar Seni (Teater, Musik, Tari, Rupa, Film), Pemerintah Daerah Provinsi Jambi (TBJ, Dinas Pendidikan, Dinas Pariwisata dan Kebudayan), Lembaga Pendidikan (SD, SMP, SMA, Univeristas), dimana hal tersebut guna menumbuhkembangkan kesadaran apresasi seni sebagai pondasi pembangunan manusia yang berbudi, berkarakter, manusia sebagai pelestari sekaligus perannya sebagai pemajuan kebudayaan.

Temu Teater Jambi, amat sangat memungkinkan untuk melahirkan ekosistem pendidikan seni teater khususnya, dimana memalui pertemuan ini, hendaknya dibarengi dengan peramuan konsep arah pemajuan kebudayaan yang didalamnya berisikan sumbangsih gagasan dari para pelaku seni teater, ataupun masyarakat yang ingin ekosistem seni teater di Provinsi Jambi bertumbuhkembang, menyebarkan aroma wangi semerbak ke penjuru nusantara Indonesia.

Bukan tidak mungkin tentunya, apabila dalam 5 atau 10 tahun ke depan, dari Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah ini lahir dan hadir Sanggar Seni Teater yang mampu mewarnai dan memberikan pengaruh besar bagi geliat perteateran di Indonesia, bahkan dunia. Kembali lagi, bukan tidak mungkin, namun perlulah peramuan itu mulai dirumuskan dari berbagai pihak melalui pertemuan selama sepekan kedepan ini, yang saya harapkan dan mungkin masyarakat juga mengharapkan, kelanjutan langkah untuk mendiskusikan, merumuskan, mengumpulkan, dan kemudian mempublikasikan hasil dari kegiatan Temu Teater Jambi sebagai upaya dari menghadirkan warisan intelektual yang akan terus dipijaki guna mengingkatkan kesadaran apresiasi seni.

 

Penulis:
Ady Santoso (Dosen Prodi Sendratasik Universitas Jambi)

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

47 − 41 =